Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Siswa Menilai Sekolah Rasanya seperti "Penjara"

13 Februari 2019   07:00 Diperbarui: 13 Februari 2019   21:38 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang guru mengajar di salah satu SD di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara beberapa waktu lalu.(Kompas.com/Kontributor Nunukan, Sukoco)

Di era digital kini, memang telah terjadi perubahan paradigma pendidikan. Guru kini bukanlah seseorang yang Maha Tahu. 

Tugas guru kini adalah menjadi fasilitator bagi perkembangan murid-murid. 

Kini informasi dapat diakses setiap saat melalui internet. Seorang murid dapat memperoleh beragam informasi dari beragam sumber. 

Di tengah kemajuan teknologi informasi, seorang guru harus mendidik murid-muridnya dengan literasi digital dan literasi media. Tugas guru adalah membimbing murid-murid agar dapat menyaring informasi yang benar, akurat, dan terpercaya.

Perubahan sosial yang dahsyat akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini, menyebabkan banyak hal bergeser. Pergeseran moral tidak dapat dielakkan. 

Seorang guru harus menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didiknya. Moralitas merupakan tiang negara. Apalagi moral suatu bangsa rusak, kehancuran bangsa itu tinggal di depan mata. Namun sayangnya kini media menayangkan berita-berita kekerasan dan kriminalitas secara gamblang. 

Sekolah hendaknya tidak menjadi pembatas antara murid-murid dengan lingkungan sosialnya. Sekolah hendak memberi kebebasan kepada para muridnya untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.

Ng Aik Kwang, seorang doktor psikologi pendidikan Singapura dalam bukunya "Asia vs Barat: Benarkah orang Barat lebih kreatif daripada orang Asia?" (Kaifa: 2016) menyatakan betapa jauhnya pendidikan di Barat dan di Asia. Di Barat, kepribadian seorang siswa akan dikembangkan sesuai dengan minat dan bakatnya. 

Sedangkan di Asia, para guru melatih para siswa dengan latihan-latihan soal agar mereka lulus ujian. Tujuan pendidikan di Barat adalah mengembangkan kemandirian dan kreativitas seorang individu, sedangkan di Asia seorang siswa diharuskan menghapal, menghitung, dan membaca agar lulus ujian dan memasuki perguruan tinggi. 

Setelah mereka diharapkan bekerja lembaga-lembaga yang mapan, seperti perusahaan-perusahaan multinasional. Akibatnya murid-murid Asia amat jago dalam matematika dan ilmu alam. Namun dalam hal kreativitas mereka amat kurang.

Nilai menjadi suatu hal yang penting di Asia. Seorang murid di Asia akan belajar mati-matian agar lulus dalam ujian. Tujuan pendidikan bukan lagi untuk mengembangkan kreativitas dan kemandirian siswa, melainkan agar siswa memperoleh nilai yang tinggi dalam ujian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun