Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

[Resensi Buku] Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam

10 Juli 2018   06:04 Diperbarui: 10 Juli 2018   07:39 1945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah kondisi umat Islam yang cenderung kacau balau ini, seharusnya para pemimpin Islam atau mereka yang mengaku sebagai pemimpin Islam berbenah. Kita harus mengetahui akar dari masalah ini semua. Problem ekonomi merupakan salah-satu permasalahan akut. Para teroris biasnya berasal dari kelompok terpinggirkan yang mencoba mencari eksistensi diri dengan melakukan tindakan teror. 

Kesenjangan ekonomi di antara negara-negara Islam begitu melebar. Ada negara-negara kaya minyak dan ada negara-negara miskin yang dilanda kekeringan. Sejatinya, terorisme merupakan respon terhadap masalah-masalah global. Kemiskinan, keterbelakangan, kurangnya pendidikan, kesenjangan sosial, korupsi, dan akses yang minim kepada fasilitas publik dapat memicu gerakan teror.

Banyaknya negara gagal menyebabkan gerakan-gerakan teror bermunculan. Selain itu, jaringan teroris yang begitu mengakibatkan meluasnya kuantitas dan kualitas gerakan teror. Mereka membentuk sel-sela bawah tanah yang bekerja secara rahasia. Jaringan ini yang terus diamati oleh aparat penegak hukum. 

Sistem organisasi yang bersifat rahasia dengan garis komando yang tidak jela menyebabkan gerakan-gerakan semacam ini sulit ditembus. Selain itu mereka mempunyai metode indoktrinasi untuk mencuci otak seseorang. Dengan metode indoktrinasi yang canggih itu, mereka berhasil menguasai pemikiran seseorang.

Melihat permasalahan terorisme secara holistik harus diupayakan oleh setiap pemimpin, intelektual, dan pengambil keputusan di dunia Islam. Demokrasi yang dipaksakan Barat terhadap dunia Islam ternyata tidak berbuah manis. 

Konflik elit, ketidakstabilan politik, carut-marut ekonomi, liberalisasi, privatisasi, dan kudeta yang silih berganti merupakan bukti bahwa demokrasi tidak bisa dicangkokkan begitu saja di Dunia Islam.

Islam memang tidak bisa dilepaskan dari politik. Namun terlalu berkutat dengan konflik politik masa lalu adalah hal yang sia-sia. Umat Islam harus berpikir futuristik. Tidak lagi terkotak-kotak dalam kerangkeng politik masa lalu. Umat Islam terutama kaum intelektualnya harus melihat situasi dan kondisi ini dengan jernih dan obyektif. 

Sesuai dengan ayat Alquran bahwa Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum kaum itu mengubah diri-diri mereka sendiri amatlah relevan kalau dikatakan umat Islam perlu melakukan introspeksi diri. 

Selain itu, umat Islam harus berani mengambil langkah radikal untuk menghancurkan pengkotak-kotakan tersebut. Rekonsiliasi atau ishlah di antara kelompok-kelompok Islam amat diperlukan. Kembali kepada Alquran dan Sunnah adalah bukan jargon kosong. Namun harus diiimplementasikan untuk masa depan  Islam yang berperadaban. Wallahu a'lam bisshowab.

Menguak Masa Depan Dunia Islam

Resensi Buku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun