Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

[Resensi Buku] Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam

10 Juli 2018   06:04 Diperbarui: 10 Juli 2018   07:39 1945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Umat Islam harus keluar dari konflik masa lalu dan dengan sadar mengubah dirinya yang tertinggal dari umat---umat lain. Umat Islam kini berjumlah 1,6 miliar di dunia tapi bagaikan buih di lautan yang dengan mudah dipermainkan.  Umat Islam saat ini belum mampu menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Terbaik di sini adalah secara moral.

Hal ini terjadi akibat pengkotak-kotakan umat Islam dalam bingkai sejarah masa lampau. Umat Islam mengalami perpecahan sejak Perang Shiffin dan Perang Unta antara Khalifah Ali bi Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung oleh Aisyah RA, Amr bin Ash, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair ibn Awwam. Kemenangan Khalifah Ali bin Abi Thalib diikuti dengan peristiwa Tahkim antara pihak Ali dengan pihak Muawiyah.

Menurut Buya, umat Islam harus kembali kepada semangat Alquran. Kitab suci umat Islam ini menyerukan persatuan umat Islam dan menjauhi perpecahan. Perpecahan yang terjadi di antara umat Islam ini adalah produk masa lalu. Jangan sampai masa lalu membunuh masa depan. Umat Islam harus menyadari bahwa pertikaian antar umat harus segera diselesaikan.

Buya bahkan menyatakan Timur Tengah sekarang harus ganti rezim atau ganti umat karena mereka selalu menyulut peperangan di antara mereka sendiri.  

ISIS menurut Buya merupakan kelompok Wahabi radikal yang dilepaskan oleh  intelijen Arab Saudi yang dipimpin oleh almarhum Pangeran Bandar bin Sultan untuk menciptakan kekacauan di Timur Tengah. Sehingga akan mengundang AS turun tangan dan melindungi Saudi.

Islam tidak lagi menjadi pedoman bagi elit-elit politik Timur Tengah sekalipun mereka beragama Islam. Alquran tidak lagi menjadi panduan. Kekerasan politik di Timur Tengah tidak disebabkan mereka memahami Alquran justru karena mereka jauh daripadanya.  

Solidaritas Arab telah hampir hilang sama sekali. Timur Tengah menjadi kawasan yang terus membara tanpa habis-habisnya. Kekerasan politik dalam bentuk peperangan terus dipertontonkan kepada khalayak dunia.

ISIS dan kelompok-kelompok radikal lainnya berusaha mengglobalkan gerakan teror ke seluruh dunia, khususnya dunia Islam. Mereka menggunakan internet sebagai sarana untuk menebarkan ketakutan bagi muslim dan non-muslim. Mereka adalah kelompok khawarij dan takfiri yang mengkafirkan sesama muslim dan memperbolehkan membunuhnya.

Gerakan semacam ini jelas jauh dari semangat Alquran agar umat Islam membawa cahaya dan rahmat kepada seluruh umat manusia. Jelas bahwa gerakan-gerakan semacam itu mencoba memanipulasi ajaran Islam kepada pengikutnya yang minim nilai-nilai keagamaannya. Mereka melucuti ayat-ayat Alquran dari konteksnya. Mereka memahami Alquran secara harfiah. Tanpa memahami konteks dan sebab-sebab turunnya ayat.

Kelompok-kelompok semacam ini sangat banyak di dunia Islam dengan berbagai macam bentuknya. Mereka cenderung menggunakan kekerasan daripada cara-cara lunak dengan hikmah dan nasihat (mauizhoh) yang baik. 

Musyawarah sebagai sokoguru politik Islam tidak pernah digunakan kembali. Bahkan politik Islam diwarnai oleh aksi-aksi sepihak yang sama sekali tidak menggunakan nalar. Keberanian mereka melakukan berbagai macam tindakan teror menunjukkan mereka sama sekali telah menanggalkan nalar dalam beragama. ISIS, Taliban, dan Boko Haram adalah gerakan-gerakan teror yang berpikiran picik dan bodoh. Mereka berhasil memanipulasi ajaran Islam untuk kepentingan kelompoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun