Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orientalisme dan Budaya Populer

23 Agustus 2017   09:02 Diperbarui: 23 Agustus 2017   09:14 2163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media Barat selalu mem-blow-up berita-berita kekerasan yang diakukan para teroris Muslim, tetapi tidak pernah memberitakan kekerasan yang dilakukan tentaraa Israel terhadap rakyat Palestina. Media massa tidak pernah melakukan perenungan terhadap apa yang mereka lakukan. Media massa dikejar oleh tenggat waktu yang sangat ketat. Media massa di Barat dikuasai oleh segelintir orang yang berafiliasi pada Israel.

Edward Said, seorang cendekiawan Palestina, yang hidup di Barat adalah orang pertama yang mengkaji Orientalisme secara ilmiah. Ia menolak bias Barat yang selalu menyudutkan umat Islam. Dalam bukunya yang terkenal, Orientalism, Said mengkaji akar-akar Orientalisme yang dimulai sejak perang Salib. Barat tidak akan pernah jujur untuk mengungkapkan kepada dunia bahwa mereka berhutang budi kepada peradaban Islam selama berabad-abad. Bahkan orang-orang Yahudi Barat banyak yang enggan mengungkapkan bagaimana selama ratusan tahun para penguasa Muslim selalu melindungi kalangan Ahl Kitab (Yahudi dan Nasrani) karena hal tersebut diperintahkan al-Qur'an. Baik cendekiawan Yahudi dan Kristen Barat menyembunyikan fakta sejarah tersebut.

Namun sekarang beberapa cendekiawan Barat berlaku jujur kepada masyarakat dunia bahwa Barat berhutang budi kepada Islam. Pemikiran Islam yang cemerlang menerangi Barat dan dunia selama berabad-abad. Dan ketika peradaban Islam meredup maka peradaban Barat pun tampil menggantikannya. Tapi berbeda dengan peradaban Islam, peradaban Barat menyebarkan kolonialisme hampir ke seluruh dunia. Mereka menindas penduduk pribumi dan merampok hasil buminya.  Mereka melakukan kajian yang mereka anggap ilmiah untuk menundukkan penduduk lokal.

Peradaban Barat  kemudian berjaya setelah peradaban Islam, Hindu, dan Konfusius mengalami senjakala peradaban. Baru hampir 200 tahun peradaban Barat menguasai dunia, mereka sudah menyebarkan kekerasan ke hampir seluruh dunia. Frantz Fanon seorang intelektual Afrika menganalisis bagaimana Barat merasa lebih superior dari masyarakat-masyarakat lain di muka bumi. Barat dilanda superioritas dan menganggap kulit putih lebih baik dan mulia daripada non-Barat. Peradaban Barat merasa dirinya adalah penguasa dunia. Mereka menganggap seluruh dunia bergantung kepada mereka.

Cara pandang yang sekuler dan materialistis terlihat dari bagaimana menggambarkan dunia Timur dalam karya-karya budaya populer mereka. Film dan televisi menjadi sarana ampuh untuk mencitrakan dunia Timur ke seluruh dunia. Timur adalah bangsa-bangsa bodoh, terjerat utang luar negeri yang besar, dan terbelakang.  Padahal kalau kita mau menilik sejarah beberapa ratus tahun sebelum bangsa-bangsa Eropa menguasai, Afrika adalah tanah terkaya di dunia. Peradaban Islam, Hindu, dan Konfusius mendominasi dunia. Mereka tidak hanya secara materi, tetapi juga secara kultural dan spiritual.

Menurut analisis beberapa pakar, Barat mungkin masih akan jadi penguasa dunia untuk beberapa dekade ke depan. Namun para pakar memprediksikan bahwa Eropa akan mengalami degradasi peradaban. Barat dilanda krisis demografi yang parah ditandai dengan mundurnya angka kelahiran anak. Bangsa-bangsa Asia mulai merangsek maju menggantikan peradaban Barat. Kebangkitan China dan India dan negara-negara Asia lainnya akan menggantikan peradaban dunia di masa mendatang. Kemajuan bangsa-bangsa Asia tidak bisa dibendung lagi.  Wallahu a'lam bisshowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun