Akhirul kalam, puak Minangkabau perlu mengintrospeksi diri mengapa daerahnya tidak lebih baik dari propinsi-propinsi lain. Almarhum Wisran Hadi dalam novel “Persiden” seperti menyindir fenomena kekinian masyarakat Minangkabau di tanahnya sendiri. Masalah pusaka dan waris yang digambarkan Wisran Hadi dalam novel ini menandakan adat-istiadat yang masih bertahan walaupun digempur globalisasi. Wisran menggambarkan bagaimana etnis Minangkabau menghadang arus globalisasi. Yang baru belum tentu baik, yang lama jangan ditinggalkan. Bukan begitu?
Rantau Depok, 19 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H