Masihkah Kau ingat?
Ketika kami mendapat julukan Sepasang Rajawali
Karena ketajaman mata kita
Senyapnya operasi kita
Tidak meninggalkan jejak langkah kita setelah operasi
Dan Markas kami di bawah pohon Randu Alas
Dengan ditemani tiga kuburan berlumut
Yang terkesan angker
Tak ada orang berani untuk lewat
Di bawah pohon Randu Alas pinggir desa
Meneduhi tiga kuburan tanpa nama yang tak terawat
Warga desa kami mengetahui dari cerita turun temurun
Tiga Pahlawan Kemerdekaan yang bersemayam
Yang gugur ketika menghadang konvoi kendaraan pasukan Belanda
Di Markas ini kita merencanakan operasi
Mencuri mangga pejabat desa yang pelit
Menabur bunga di tiga kuburan
Bunga Randu Alas merah menyala
Ditaburkan dengan hormat
Ritual kami sebelum operasi
Besoknya..
Dengan kedok ingin membantu
Menyapu halaman kepunyaan mangga yang telah kita curi
Lalu kita tertawa geli sendiri
Karena mendapatkan pujian banyak orang
Padahal itu...
Sebagai tanda rasa penyesalan kenakalan kita ketika masih anak-anak.
Karena kami beroperasi di malam hari
Pernah kami menggagalkan komplotan pencuri kambing
Akhirnya kami mendapatkan julukan Sepasang Rajawali
Kau menjadi sopir truk
Selalu berdzikir ketika menelusuri jalan
Menegakkan lima waktu dalam keadaan apapun
Menolong orang di jalan setiap saat
Terlalu tersenyum walau muka penuh debu jalanan dan lukisan oli mesin
Kini Kau telah tiada
Ketika Kau merelakan tubuhmu tertembak perampok
Melindungi anak kecil di jalan dari tembakan membabi buta perampok
Akhirnya saya sadar
Kamulah sesunguhnya..
Raja Wali
Karya by Hanvincy Adnov Hanif Adnan
Bantul, 19 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H