Mohon tunggu...
Hanung WL
Hanung WL Mohon Tunggu... -

:)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia: Harus Jadi Raja di Negeri Sendiri

11 November 2014   03:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:08 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah bahasa memiliki sifat yang tidak statis, selalu berubah dan mengalami perkembangan dari masa ke masa. Sebelum mengadakan pembahasan yang lebih jauh, tentu perlu diketahui terlebih dahulu arti dari kata bahasa itu sendiri. Dalam buku Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, Kridalaksana (2009: 3) menjabarkan bahwa bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Orang-orang yang menjadi pengguna bahasa disebut sebagai penutur. Para penutur bahasa inilah yang menentukan kedudukan suatu bahasa di dunia. Semakin banyak jumlah penuturnya, sebuah bahasa akan terus bertahan bahkan berkemungkinan untuk menjadi bahasa universal (internasional). Di sisi lain, bahasa-bahasa yang kekurangan penutur asli akan memudar dan dalam kasus terburuknya, dapat punah dari peradaban.

Ethnologue (2009) mencatat terdapat 6909 bahasa di dunia yang jumlahnya semakin hari semakin berkurang. Penutur asli yang sudah tua (meninggal), serta ketidakinginan penutur muda untuk melestarikan, merupakan perilaku yang membuat sebuah bahasa menjadi terancam kedudukannya. Bahasa-bahasa yang terus berkurang penuturnya akan masuk ke dalam kategori bahasa yang terancam (endangered language) yang dijabarkan oleh UNESCO. Berikut adalah tabel UNESCO’s Language Vitality and Endangerment[1] yang memperlihatkan tingkat keterancaman dan transmisi antargenerasinya.

Tingkat Keterancaman

Transmisi Antargenerasi

Save (aman)

Diucap seluruh generasi

Vulnerable (rentan)

Anak-anak terbatas pada ranah tertentu

Terancam secara definitif

Anak-anak tidak mempelajari sebagai bahasa ibu

Terancam parah

Orang tua (kakek/nenek) bisa menuturkan, ayah/ibu dapat memahami, anak-anak tidak bisa menggunakan

Benar-benar terancam

Kakek/nenek jarang dan tidak lancar menggunakan

Punah

Tidak ada penuturnya

Posisi Bahasa Indonesia

Lebih jauh, Lewis (2009) dalam bukunya Ethnologue: Languages of the world: 16th Edition mengungkapkan penelitian mengenai bahasa-bahasa dengan jumlah penutur paling banyak di seluruh dunia. Berdasarkan daftar yang dibuat oleh Lewis, Bahasa Indonesia ternyata menduduki posisi sembilan dengan jumlah penutur sebanyak 222,699,476 jiwa[2].

Begitu banyaknya jumlah penutur membuat bahasa Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi bahasa internasional. Dalam lingkup yang lebih kecil, Asia misalnya, bahasa Indonesia pun menjadi salah satu bahasa resmi yang digunakan dalam rapat-rapat antarnegara ASEAN.

Sayangnya, begitu jauh melanglang buana sampai ke seluruh dunia, bahasa Indonesia justru belum mendapat tempat di hati masyarakat penggunanya di negeri sendiri. Pengaruh globalisasi dengan kecenderungan mengunggulkan identitas asing seperti yang diungkap dalam salah satu artikel media daring kompasiana.com yang berjudul “Penggunaan Bahasa Indonesia Zaman Sekarang” merupakan faktor besar yang membuat lunturnya kecintaan terhadap bahasa sendiri.

Terpengaruh Bahasa Lain?

Merasa “keren” ketika menggunakan bahasa Inggris merupakan sebuah fenomena kebahasaan yang muncul di masyarakat remaja Indonesia saat ini. Perasaan “lebih” ketika menggunakan bahasa-bahasa di luar bahasa Indonesia pun seperti telah menjadi trend di Indonesia. Semakin sedikitnya penggunaan bahasa Indonesia, baik dalam ragam formal maupun non-formal, membuat posisi bahasa Indonesia semakin tersisihkan di negeri sendiri.

Di satu sisi, berbagai kalangan berbondong-bondong mengusahakan agar bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional dan digunakan secara universal di seluruh dunia. Di sisi lain, pengapresiasian yang berlebih kepada bahasa asing oleh masyarakat Indonesia dewasa ini justru membuat lunturnya identitas bahasa Indonesia itu sendiri. Ketimpangtindihan keinginan yang tidak sejalan dalam praktiknya dalam kehidupan sehari-hari lah yang membuat bahasa Indonesia begitu sulit masuk sebagai bahasa internasional (selain daripada faktor politis bahasa, tentunya). Memperkuat pernyataan di atas, Mariyanto, pendiri komunitas Ikatan Pecinta Bahasa Indonesia, mengungkapkan, “Harus dari masyarakat Indonesianya sendiri, kalau masyarakatnya lebih bangga dengan bahasa asing, bagaimana mungkin bahasa Indonesia bisa mendunia,” dalam wawancaranya bersama okezone.com[3].

Cintai Bahasa Sendiri

Aneh sekali mendengar bahasa Indonesia dielu-elukan untuk dicintai, namun diungkapkan dalam frasa “I Love Indonesia”. Penciptaan produk-produk dalam negeri sendiri, dalam hal pengembangan ekonomi Indonesia pun sering menggunakan merek produknya yang justru tidak menggunakan bahasa Indonesia, salah satunya Damn! I Love Indonesia, sebuah merek produk pakaian yang sedang berkembang di kalangan muda, sekarang. Di sisi lain, designer Indonesia di luar negeri, juga designer luar negeri itu sendiri justru menonjolkan kain-kain ikat asli Indonesia dengan istilah “Ikat Indonesia” itu sendiri, yang jelas berbahasa Indonesia.

Generasi muda Indonesia sudah seharusnya memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang “lebih” di atas bahasa-bahasa lainnya (terutama di atas bahasa asing). Tentu boleh mempelajari bahasa-bahasa lain, guna memperkaya ilmu pengetahuan akan bahasa-bahasa di seluruh dunia. Namun, harus diingat pula bahwa bahasa sendiri harus dipentingkan dibandingkan dengan bahasa lainnya. “Tidak ada yang lebih ahli dan lebih tahu mengenai bahasa Indonesia selain daripada si penutur aslinya itu sendiri,” adalah sebuah pernyataan penting yang diungkapkan oleh Ibu Felicia Utorodewo (2014), seorang dosen Sastra Indonesia, Universitas Indonesia dalam kuliah Semantik dan Pramatik Indonesia, di Depok beberapa waktu yang lalu.

Gunakan selalu bahasa Indonesia, dalam ragam formal maupun non-formal di segala elemen kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai aturan tata bahasa Indonesia, akan memudahkan perkembangan yang lebih luas cangkupannya. Bukan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris, bukan bahasa Indonesia dialek Jakarta, tetapi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional sejak 28 Oktober 1928, itulah bahasa yang harus kita junjung tinggi penggunaannya. Mungkin efeknya belum akan terasa sekarang, namun lihatlah, jika pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia dilakukan setidaknya di seluruh Indonesia saja, boleh jadi 10 atau 50 tahun mendatang, bahasa Indonesia sejajar kedudukannya dengan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.

Daftar Acuan

Fatimah, Susi. Bahasa Indonesia Penuhi Syarat Jadi Bahasa Dunia dalam media daring http://news.okezone.com/read/2011/01/17/337/414561/bahasa-indonesia-penuhi-syarat-jadi-bahasa-dunia, pada 17 Januari 2011.

Kushartanti, Yuwono, Untung, dan Lauder Multamia R.M.T. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lewis, M. Paul (ed.), 2009. Ethnologue: Languages of the World, Sixteenth edition. Dallas, Texas: SIL International. Online version: http://www.ethnologue.com/16.

Sari Halolo, Deasy. Penggunaan Bahasa Indonesia Zaman Sekarang dalam media daring http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/24/penggunaan-bahasa-indonesia-zaman-sekarang-496222.html, pada 25 September 2012.

Suhardijanto, Totok. 2014. Kuliah Bahasa-bahasa Indonesia: Bahasa Terancam (Endangered Language). Depok: Universitas Indonesia.

[1] Totok Suhardijanto, Kuliah Bahasa-bahasa Indonesia: Bahasa Terancam (Endangered Language), Depok: Universitas Indonesia, 2014.

[2] M. Paul Lewis (ed.),Ethnologue: Languages of the World, Sixteenth edition: Table 6. Distribution of living languages by country, Dallas, Texas: SIL International, Online version: http://www.ethnologue.com/16, 2009.

[3] Susi Fatimah,Bahasa Indonesia Penuhi Syarat Jadi Bahasa Dunia dalam media daring http://news.okezone.com/read/2011/01/17/337/414561/bahasa-indonesia-penuhi-syarat-jadi-bahasa-dunia, 17 Januari 2011.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun