Selain sebagai iringan tari Bedhaya Tejanata, gending ini dapat disajikan dalam konser karawitan klasik (uyon-uyon) ataupun menjadi gending pakeliran (untuk mengiringi pementasan wayang). Di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, gending ini sudah biasa diujikan sebagai tugas akhir mahasiswa ataupun ujian pembawaan.Â
Gending ini juga bisa disajikan sebagai pengiring pertunjukan wayang untuk adegan jejer (pertemuan kerajaan). Penggunaan seperti ini pernah dilakukan oleh Ki Sayoko dalam lakon Parta Dewa. Meski demikian, gending ini dapat dinikmati serta-merta melalui rekaman yang tersebar di platform audio digital seperti Spotify maupun Youtube.
Selanjutnya, saya akan merekomendasikan rekaman Gending Tejanata yang berkualitas bagus. Pertama, dalam album "Javanese Court Gamelan", terdapat rekaman Gending Tejanata. Rekaman ini direkam oleh etnomusikolog asal Amerika Serikat, Robert E. Brown. Album ini dirilis 10 Januari 1971 yang dikomposeri oleh K.R.T Wasitadiningrat/ Ki Cokrowarsito dengan gamelan Kyai Telaga Muntjar Pakualaman.Â
Rekaman ini berdurasi 18 menit 29 detik. Kedua, dalam album "Sembawa Bedhayan". Rekaman ini dilakukan oleh Karawitan RRI Surakarta yang direkam oleh Lokananta Recording. Ketiga, dalam kanal Youtube Iswanto Gamelan 20. Rekaman dilakukan saat ujian pembawaan mahasiswa ISI Surakarta.Â
Dalam pengamatan subjektif saya, Gending ini memiliki beberapa keunggulan. Gending ini membawa kesan kewibawaan dan berirama santai. Sangat cocok bila gending ini didengarkan sembari leyeh-leyeh (bersantai) untuk menyegarkan pikiran. Dapat pula didengarkan sebagai musik relaksasi sebelum memejamkan mata untuk tidur. Gending ini juga cocok untuk menjadi pengiring kegiatan relaksasi lainnya seperti yoga. Bahkan lagu ini sedang saya putar saat saya menulis resensi ini.Â
Meski demikian, saya menemukan beberapa kekurangan gending ini. Karena bernuansa mistis, gending ini bagi orang yang tidak paham gamelan akan dikira lagu horor atau pemanggil makhluk halus. Tidak hanya itu, gending ini tidak bernuansa gembira dan memiliki kesan serius, sehingga tidak cocok untuk menghibur diri. Dengan garap gending yang panjang, durasi penyajian gending berkisar 20 menit. Durasi ini tentu terlalu lama untuk didengarkan dan hanya penikmat musik gamelan saja yang akan kuat menikmatinya sampai paripurna.Â
Lagu ini sudah menjadi tangga lagu teratas dalam daftar putar musik saya. Saya pun berani memberikan bintang lima kepada karya musik ini dikarenakan keindahan dan wibawanya. Bagi Anda yang minimal doyan menikmati musik yang mirip seperti gending ini, saya memiliki beberapa rekomendasi untuk Anda. Dhenggung Turulare merupakan gending bonangan dengan titilaras yang sama dengan Tejanata. Dalam laras slendro, Ladrang Siyem bagi saya memiliki aura wibawa yang hampir mirip seperti Tejanata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H