Mereka perlu belajar menggunakan alat-alat baru ini, memperbarui pengetahuan, dan tetap relevan di tengah perubahan yang ada. Teknologi seharusnya dilihat sebagai alat yang memberdayakan auditor untuk bekerja lebih efisien, bukan sebagai ancaman yang akan menggantikan mereka.Â
Kasus-kasus seperti skandal Enron pada awal 2000-an dan Wirecard pada tahun 2020 memberikan pelajaran penting tentang keterbatasan teknologi dalam audit. Dalam kasus Enron, meskipun teknologi dan data besar bisa saja digunakan untuk mendeteksi kecurangan, auditor gagal dalam peran mereka karena terlalu bergantung pada sistem dan kurang melakukan verifikasi manual.Â
Kasus Wirecard juga menunjukkan bahwa teknologi saja tidak cukup untuk mendeteksi semua bentuk kecurangan. Di sini, pengalaman dan intuisi manusia menjadi sangat penting.
Manfaat teknologi dalam audit terutama terlihat pada efisiensi dan kapasitas analisisnya. Dengan teknologi, auditor dapat menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat, mengidentifikasi risiko yang paling signifikan, dan menghindari kesalahan manual.Â
Ini memungkinkan auditor untuk fokus pada area-area yang lebih kritis, seperti evaluasi risiko dan pengambilan keputusan strategis. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi juga membawa risiko. Salah satunya adalah potensi serangan siber yang dapat merusak data keuangan yang diaudit.Â
Jika auditor hanya mengandalkan teknologi tanpa verifikasi manual, data yang diretas atau dimanipulasi bisa saja lolos tanpa terdeteksi, menghasilkan laporan yang salah. Ini menunjukkan bahwa teknologi tidak boleh berdiri sendiri dalam proses audit.
Untuk mengatasi tantangan ini, kolaborasi antara teknologi dan auditor manusia menjadi sangat penting. Teknologi seharusnya digunakan sebagai alat bantu yang memperkuat pekerjaan auditor, sementara auditor manusia tetap bertindak sebagai pengawas yang memvalidasi hasil dari sistem otomatis. Dengan cara ini, kedua elemen saling melengkapi dan memastikan hasil audit yang lebih akurat dan terpercaya.Â
Selain itu bagi auditor penting untuk terus memperbarui keterampilan mereka. Mereka harus menguasai perangkat lunak audit dan memahami bagaimana cara memanfaatkan hasil analisis teknologi tersebut untuk membuat keputusan yang lebih baik.Â
Di sisi lain, pengembang teknologi juga harus mempertimbangkan kebutuhan auditor dan memastikan bahwa alat-alat yang mereka buat dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam proses audit yang sudah ada.
Kesimpulannya, teknologi dalam proses audit bukanlah ancaman bagi auditor manusia, tetapi sebuah peluang untuk meningkatkan kualitas audit. Dengan teknologi, auditor dapat bekerja lebih efisien dan fokus pada area yang membutuhkan keahlian manusia.Â
Namun, penting untuk diingat bahwa teknologi tidak bisa menggantikan peran manusia sepenuhnya. Intuisi, pengalaman, dan pemahaman mendalam tentang bisnis masih menjadi elemen penting dalam menghasilkan laporan audit yang kredibel dan dapat dipercaya di sebuah perusahaan.