Sejak ditetapkannya wabah Covid-19 sebagai Bencana Nasional, pada Sabtu (14/3) oleh Presiden melalui Kepala BNPB, Doni Monardo, rupanya kehadiran pemerintah pusat tersebut belum berhasil membuat masyarakat Indonesia memiliki persepsi yang sama terhadap virus Corona. Meski secara tidak langsung, sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengikuti perkembangan pendemi global Covid-19 ini diberbagai belahan dunia.
Secara singkat, laporan ilmiah telah menunjukkan fakta, Covid-19 bukanlah virus ganas yang memilki tingkat mortalitas tinggi, bahkan lebih rendah dari Flu Burung, namun ia memiliki sifat highlycontagious, sangat mudah menyebar. Covid-19 jika tidak ditangani akan merusak sistim pernapasan.
Terlebih bagi mereka yang memiliki imunitas rendah atau telah mengidap penyakit Jantung, Hipertensi, dan Pnemonia. Berita baiknya, sebagaimana sifat virus ringan lainnya, Covid-19 sesungguhnya bisa "diselesaikan" sendiri oleh tubuh manusia dengan syarat tidak memilki gangguan imunitas.
Akurasi informasi global diera optik bukanlah hal yang sukar didapatkan. Data pembanding mudah ditemukan. Namun mengapa di Indonesia masih terjadi dikotomi persepsi tentang covid-19? Tidak hanya dikalangan awam, pada tingkat intelektual, ilmuwan bahkan pejabatnya masih terlihat ada sekat kesatuan pandangan. Penanganan yang semestinya berjalan tenang dirusak oleh percekcokan dan saling sindir.
Yang bisa dibaca dari fenomena sosial seperti ini adalah adanya gejolak reaksi massal namun tidak berada dijalan yang sama. Masing-masing kelompok pemikiran bergerak dengan keyakinannya sendiri.
Tidak sepenuhnya aneh, karena dengan tingkat mortalitas (Case Fatality Rate, CFR) Â 2% (mengacu informasi WHO), Covid-19 bagi sebagian kelompok dianggap tidak perlu ditanggapi serius.Â
Namun, bagi kelompok pemikiran lain, Covid-19 yang berdaya sebar tinggi ini wajib segera diatasi secara holistik komprehensif sebagaimana yang dilakukan negara-negara lain, terlebih fakta terkini mortalitas Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 8%.
Setiap bencana akan menimbulkan dampak horisontal berupa kegaduhan. Jika tidak ditangani dengan tepat, hal itu bisa mengganggu jalannya penyelesaian masalah utama. Maka sangat perlu dikaji untuk membuat komponen penyangga demi terciptanya ketenangan sosial.
Dalam permasalahan wabah Covid-19, Tim Medis adalah inti utama yang idealnya tidak bisa ditawar lagi untuk wajib dipenuhi segala sesuatu yang dibutukan demi penanganan Covid-19.
Adapun konsep pembentukan komponen penyangga penanganan wabah Covid-19 yang dimaksud adalah pelibatan empat unsur penting sebagai upaya untuk membuat satu rangkaian cipta kondisi sosial. Meliputi Intelijen, ahli komunikasi massa, ahli psikologi massa, dan ahli IT.