Dua belas tahun yang lalu.........
Tiba-tiba telpon genggam pinjaman kantor berdering dengan sigap saya jawab panggilan telepon itu, Â walaupun pada saat itu saya masih dalam keadaan berkendara naik motor. "To, lu ndek mana?" Doni, teman sekantor saya yang tanpa babibu tanpa bilang halo terlebih dahulu, langsung to the point tanya posisi saya saat itu. Saya pun menjawabnya saya masih dalam perjalanan menuju kantor. Â
Seperti biasa, saya kalau lagi posisi di luar kantor melakukan tugas pengiriman selalu pakai sandal jepit dan jaket kumal saya. Ha..ha..! walaupun begitu bos saya jarang sekali komplain dengan penampilan saya, karena dia tahu kalau ada tugas lain yang tidak berkaitan dengan pengiriman saya pasti pakai sepatu. Jadi dia sudah paham sekali dengan tabiat saya. Alasan saya memakai sandal jepit kalau mendapatkan tugas pengiriman karena untuk menghindari sepatu saya jadi basah kalau kena hujan, apalagi saya selalu mobile dengan menggunakan motor pinjaman kantor juga.
Kembali lagi pada kejadian awal,"Saya ada masih ada di jalan ini." jawab saya.Â
"Lu, segera ke kantor ambil barang terus kirim ke bandara," Doni memberikan instruksi  agar saya segera mengambil barang di kantor untuk dikirim ke bandara.
Selang beberapa menit saya sudah sampai di kantor, Doni pun segera memberikan sebuah amplop coklat kepada saya tanpa menunggu lama dia berikan instruksi kepada saya, "To, nanti sampai di bandara lu titipkan amplop ini pada Fauzan petugas ticketing di sana". Segera saya ambil amplop itu dan berangkat ke Bandara Juanda.
Pada saat sampai di Bandara Juanda setelah menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit-an, tiba-tiba telpon berdering lagi. Eh..! Si Doni telpon lagi, "Ada apalagi ini Don?" saya pun segera menanyakan hal itu karena sering kali si bos merubah instruksi pada saat detik-detik terakhir.
"Bos bilang, lu berangkat ke Jakarta naik pesawat Garuda buat kirim berkas itu," benar dugaan saya, ternyata ada perubahan rencana mendadak. Doni juga sudah memberitahukan saya kalau, tiket keberangkatan sudah dipesan dan di-issued di Bandara serta diminta ambil tiket itu di Fauzan yang kebetulan yang bekerja di bagian ticketing maskapai penerbangan Garuda.
Kebetulan di kantor saya bekerja, telah  menjadi langganan salah satu agen tour dan travel, yang bekerjasama dengan maskapai Garuda. Jadi kadang kala untuk urusan tiket go show kami masih bisa terbantu. Apalagi pada saat itu, konsumen belum bisa melihat secara langsung via internet atau smartphone-nya keseterdiaan kursi penumpang yang ada. Jadi musti butuh bantuan suatu agen tour dan travel yang bisa mengakses langsung pada sistem suatu maskapai penerbangan.
"Lu naik Q-class, seperti biasa ekonomi," sahut Doni kepada saya.
"Oke, ntar saya ambil tiketnya di Fauzan," jawab saya.
Segera saya ambil tiket dan boarding pass tersebut di Fauzan dan diberitahu bahwa pesawat akan berangkat dua puluh menit lagi, segera saya menuju lounge bagian keberangkatan dan membayar airport tax (pada saat itu masih diberlakukan). Saya masuk dibagian pemeriksaan dan menunjukkan tiket dan boarding pass kepada petugas pemeriksa.Â
Setelah melewati pemeriksaan, saya pun menuju ke gerbang keberangkatan dan naik bis yang mengantar saya ke pesawat yang telah ditentukan. Tidak butuh berapa lama saya akhirnya sampai di pesawat maskapai Garuda yang akan membawa saya menuju Jakarta. Di dalam pesawat saya langsung masuk dan menuju kursi penumpang kelas ekonomi dan melihat tiket saya. La..dalah! ternyata saya diberi tiket kelas bisnis, saya tidak menyadari hal itu karena terburu-buru saya tidak sempat melihat tiket saya.
Ternyata saya dikerjain sama Doni dan Fauzan, saya dipesankan tiket kelas bisnis. Waduh! gimana ini pikir saya, lagipula saya pakai jaket kumal dan sandal jepit terus duduk di kelas Bisnis. Di kasih kursi dekat jendela lagi, hadeh.....! Benar-benar sialan dua orang ini, Doni dan Fauzan... ha...ha.! Jujur saja, saya saat itu sangat canggung duduk di kelas Bisnis maskapai Garuda.
Apalagi saya pada saat itu pakai sandal jepit, jaket kumal bau aroma sinar matahari dan disebelah saya juga ada seorang ibu paruh baya  yang berpakaian rapi dan lumayan necis.  Jadi minder saya, untungnya ibu tersebut tidak terganggu dengan penampilan saya. Malah dia tersenyum ramah tanpa menunjukkan rasa risih.
Sesampai di bandara Soekarno-Hatta dan setelah pesawat mendarat segera saya menelpon Doni dan terdengar suara terkekeh-kekeh sambil tertawa ngakak. Memang sengaja ia pesankan tiket bisnis untuk saya, apalagi bos tidak berkeberatan untuk itu, kata si bos sih biar saya pernah merasakan kelas naik kelas bisnis pesawat Garuda.
Sialan si Doni, tahu begitu saya setidaknya mampir dulu ke mini market buat beli parfum cologne atau setidaknya pengharum badan biar saya tidak bau aroma sinar matahari waktu di pesawat. Doni dan saya sampai sekarang masih berhubungan dan kalau mengingat kembali cerita ini, pasti kami tertawa ngakak. (hpx)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H