Satu persatu murid-murid kelas 9D maju menuju meja guru yang digunakan Yudita untuk merekap daftar donatur. Para murid 9D walaupun terkenal badung, mereka solid, memiliki solidaritas tinggi dan kompak.
Setelah selesai rekapan donasi tersebut, Yudita datang menuju ke bangku Jeki dan berbisik.
"Heeeeh! gara-gara kamu tuh, pakai nama samaran nyambik akhirnya semua pakai nama samaran binatang buat daftar donatur."
"He...he..! Biarin aja dah yang penting mereka ikhlas nyumbang dan sumbangannya kan halal," jawab Jeki dengan ketawa kecil.
Di dalam daftar donatur tersebut tertulis nama-nama binatang, rata-rata yang tertulis dalam bahasa Jawa dicantumkan juga seperti, asu (anjing), curut (tikus kecil), nyambik (biawak), bulus (kura-kura sungai), kethek (kera), welut (belut), Ulo (ular), macan (harimau) dan lain sebagainya, cuma satu yang tidak memakai nama binatang yaitu Binsar yang menuliskan nama julukannya yaitu Binatang Sarap.
Uang donasi tersebut berserta nama para donaturnya dimasukkan dalam amplop cokelat ukuran A4, dan oleh Jeki dititipkan kepada bu Indah, Kepala Sekolah SMPK St. Theresia yang kebetulan keesokan harinya akan membesuk Pak RC-100.
Sumbangan para binatang
Keesokan harinya, Bu Kepsek beserta beberapa guru menjenguk Pak RC-100 di rumah sakit. Ia sudah selesai menjalani operasi usus buntu dan saat ini berada dalam kondisi pemulihan.
Setelah berbincang-bincang sebentar bu Kepsek memberikan buah tangan berupa beberapa bungkus tas plastik berisi buah-buahan dan amplop coklat dari murid-murid 9D.
Pak RC-100 meminta ijin kepada bu Kepsek untuk membuka amplop cokelat itu, karena ia mengira isinya hanya berupa surat saja. Akan tetapi ia sedikit terkejut ternyata isinya sejumlah uang kertas yang terbungkus rapi oleh kertas HVS.
Ia pun menarik kertas HVS tersebut, membacanya dan terkejut sambil bergumam mengumpat.