"Nanti yang menyumbang akan dicatat namanya beserta jumlah sumbanganya biar transparan,"
Tiba-tiba Yudita, sang bendahara kelas yang namanya disebut oleh Jeki, mengacungkan jari.
"Namanya penyumbang boleh ditulis No Name atau NN bila tidak ingin disebut namanya ya?" Yudita bertanya kepada Jeki.
"Boleh-boleh aja, mau pakai nama samaran boleh asal jumlah sumbangannya dicatat dan kerahasiaan nama dijamin," kata Jeki dengan tegas.
Setelah itu para murid 9D mulai mendatangi Yudita untuk memberikan donasi untuk pengobatan Pak RC-100.
Pada jam istirahat kedua, sumbangan sudah terkumpul di tangan Yudita dan dicatat dengan rapi beserta nama-nama donatur, kemudian kertas berisi daftar sumbangan dan nama-nama donatur diperlihatkan di depan kelas.
Tiba-tiba ada sedikit protes dari seorang murid yang duduk dibangku depan dan berdekatan dengan posisi Yudita berdiri.
"Loh.... Itu kok ada yang namanya nyambik (biawak)?" tanya Binsar, atau sering dipanggil dengan panggilan Binatang Sarap (gila), karena keseringan bicara di kelas ketika guru sedang mengajar, maka ia pun selalu diberikan tempat duduk di jajaran bangku depan di kelas, tapi walaupun begitu ia sering mendapatkan nilai bagus dalam setiap ujian sekolah.
"Kan tadi, ketua kelas sudah bilang kalau boleh nama samaran," Jawab Yudita.
"Wah kalau gitu aku pakai nama samaran, namaku diganti aja," Binsar beranjak berdiri, tetapi Yudita melotot dan mengacungkan jarinya sebagai tanda agar diam, sehingga membuat Binsar membatalkan niatnya.
"Oke... sekarang aku akan menulis kembali nama-nama tersebut di kertas yang baru. Yang namanya mau diganti pakai nama samaran maju di depan kelas," kemudian Yudita mengambil kertas HVS kosong yang telah ia sediakan sebelumnya.