Mohon tunggu...
Hanter Siregar
Hanter Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Masih sebuah tanda tanya?

Mencintai kebijaksanaan, tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moralitas Bukanlah Jawaban Atas Persoalan Nilai Kemanusiaan

16 Agustus 2019   23:40 Diperbarui: 18 Agustus 2019   07:06 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum orang memahami moralitas adalah tentang penilaian baik dan buruk. Apakah suatu tindakan itu baik? Apakah suatu tindakan itu buruk? Sokrates, salah seorang filsuf moral pertama dan yang paling baik. Dalam pandangannya, hakikat moral tidak terletak pada persoalan menyangkut " masalah-masalah kecil, melainkan bagaimana kita harus hidup".

Pandangannya tersebut telah  dianut oleh masyarakat dunia dan memiliki pengaruh yang besar dalam filsafat barat serta peradaban dunia. Ide ataupun gagasannya menjadi tongkat yang sangat penting dalam mempelajari hakikat moralitas itu sendiri.

Persoalan tentang hakikat moralitas terhadap nilai kemanusiaan, telah membawa perdebatan dalam sejarah yang panjang. Hal itu semata-mata bertujuan untuk mensistematisasikan pengetahuan tentang hakikat moralitas dan apa yang dituntut dari kita. Dengan demikian, harapan akan kejahatan mampu dihambat serta disangkal.

Moralitas merupakan persoalan yang belakangan ini banyak dibicarakan, khususnya karena kenyataan moral dalam masyarakat kita masih sangat meprihatinkan. Tingkat kejahatan yang semakin meningkat, korupsi semakin merajalela dan diskriminasi ada di mana-mana. Semuanya masuk dalam repleksi pernilaian moralitas.

Baik dan buruk dalam setiap kejadian di dasari pertimbangan dan penilaian moralitas. Sesuatu yang baik akan dikatakan bermoral dan boleh dijadikan acuan hidup oleh banyak orang, begitu juga sesuatu yang buruk akan dipersepsikan tidak bermoral dan tidak boleh untuk ditiru ataupun dicontoh.

Moralitas merupakan usaha untuk membimbing tindakan seseorang dengan akal---yakni, untuk melakukan apa yang paling baik menurut akal, seraya memberi bobot yang sama menyangkut kepentingan setiap individu yang akan terkena oleh tindakan itu. Keputusan moral tersebut harus benar-benar didukung setidaknya oleh akal yang baik dan pertimbangan yang tak berpihak dari setiap kepentingan individual.

Akan tetapi jika kita mau menemukan kebenaran sejati, kita harus mencoba membiarkan perasaan kita dibimbing sejauh mungkin oleh akal budi, atau argumentasi, yang bisa diberikan untuk menjelaskan eksistensi kebenaran tersebut. Moralitas pertama-tama dan terutama, merupakan soal yang bertautan dengan akal.

Hal yang secara moral benar untuk dilakukan, dalam lingkup apa pun juga, ditentunkan oleh alasan-alasan terbaik yang ada untuk melakukannya. Maka dalam hal ini dibutuhkan keseimbangan berpikir, guna mendapatkan keputusan yang sesuai dengan moralitas.

Anda boleh menerima setiap argument, gagasan, ide dan juga anjuran setiap orang selama hal itu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Artinya sesuatu yang memiliki dasar yang kuat kita tidak boleh menghiraukannya begitu saja.

Seperti dalam kutipan buku Filsafat moral, oleh James Rachels "andaikata seseorang berkata bahwa Anda harus melakukan hal ini atau hal itu ( atau bahwa melakukan ini atau itu adalah salah), maka Anda berhak untuk bertanya mengapa Anda harus melakukan hal itu (atau anggapan itu keliru), dan jikalau tak ada alasan yang baik yang diberikan, Anda boleh menolak anjuran itu sebagai sesuatu yang tak berdasar".

Dengan cara demikian, keputusan-keputusan moral dibedakan dari sekedar ungkapan dari selera pribadi atau egoisme pribadi. Akan tetapi kita tidak boleh mempercayai beberapa versi dari fakta hanya karena hal itu semata-mata mendukung prekonsepsi kita ataupun menguntungkan kita secara pribadi.

Pelaku moral yang baik adalah seseorang  yang bertindak di bawah kendali kesadaran, mempunyai keprihatinan, tanpa pandang bulu terhadap kepentingan setiap orang yang terkena oleh apa yang ia lakukan. Dia dengan hati-hati menganalisis fakta dan meneliti implikasi-implikasinya.Menangkap prinsip-prinsip tingkah laku hanya setelah menyelidikinya secara akurat dan ilmiah.

Dengan begitu, apakah moralitas mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan? Di dunia ini beragam sistem pemerintahan, negara, suku, agama, etnis, ras , budaya dan lain sebagainya yang menjadi sekat-sekat pemisah di antara umat manusia. Sementara moralitas jelas tidak bersifat universal.

Menurut filsuf barat, Rut Benedict, Patterns of Culture (1934) "Moralitas berbeda-beda dalam setiap masyarkat dan merupakan kesepahaman yang pas untuk kebiasaan-kebiasaan yang disetujui bersama". Hal itu juga dipertegas oleh Herodotus dalam mengenang kembali buku "Sejarah" (Histori) di mana literatur ilmu sosial: "kebudayaan yang berbeda mempunyai kode moral yang berbeda pula. Apa yang dianggap benar oleh satu kelompok mungkin justru menjijikkan bagi anggota dari anggota kelompok lain dan sebaliknya".

Lalu bagaimanakah moralitas mengawal nilai kemanusian itu menuju kesejahteraan umat manusia. Menurut penulis, sejauh yang saya pahami, moralitas bukanlah jawaban atas persoalan-persoalan kejahatan yang muncul. Moral tidak dapat menjadi penghalang timbulnya kejahatan dalam diri setiap manusia, terlebih lagi sanksi yang ditimbulkan dari moral tidak mengikat.

Para pendeta, guru agama dan para ahli tafsir kitab suci, mereka mengaku bertuhan dan bermoral. Namun, mereka tidak bisa terhindar dari jerat pelaku kekerasan seksual, korupsi dan kejahatan lainnya.

Sama halnya dengan Indonesia, mengaku sebagai negara bermoral dan beragama. Semua orang bertindak soal moral dan agama. Namun, korupsi dan kebohongan menyelubungi politik kita. Diskriminasi dan kebencian mewarnai hidup masyarakat kita. Kita pun gemar menghukum mati orang-orang yang kita anggap tak layak hidup.

Jadi moralitas bukan salah satu jawaban atas  permasalahan kejahatan yang timbul. Moral nampak gagal dalam mewujubkan kesejahteraan umat manusia, serta tak mampu mengawal nilai kemanuiasan itu sendiri.

Sumber; Rachels, James. Filsafat Moral. PT Kanisius. Yogyakarta. 2004

Wattimena, Reza A.A. Tentang Manusia (Dari Pikiran, Pemahaman, Sampai dengan Perdamaian Dunia). Maharsa, Yogyakarta. 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun