Mohon tunggu...
Hanter Oriko Siregar
Hanter Oriko Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Advokat/Legal Consultant

Tiada yang benar-benar saya ketahui, tapi segala sesuatu dapat saya pahami dengan belajar dan sepanjang hidup adalah pelajaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Moralitas Bukanlah Jawaban Atas Persoalan Nilai Kemanusiaan

16 Agustus 2019   23:40 Diperbarui: 18 Agustus 2019   07:06 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaku moral yang baik adalah seseorang  yang bertindak di bawah kendali kesadaran, mempunyai keprihatinan, tanpa pandang bulu terhadap kepentingan setiap orang yang terkena oleh apa yang ia lakukan. Dia dengan hati-hati menganalisis fakta dan meneliti implikasi-implikasinya.Menangkap prinsip-prinsip tingkah laku hanya setelah menyelidikinya secara akurat dan ilmiah.

Dengan begitu, apakah moralitas mampu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan? Di dunia ini beragam sistem pemerintahan, negara, suku, agama, etnis, ras , budaya dan lain sebagainya yang menjadi sekat-sekat pemisah di antara umat manusia. Sementara moralitas jelas tidak bersifat universal.

Menurut filsuf barat, Rut Benedict, Patterns of Culture (1934) "Moralitas berbeda-beda dalam setiap masyarkat dan merupakan kesepahaman yang pas untuk kebiasaan-kebiasaan yang disetujui bersama". Hal itu juga dipertegas oleh Herodotus dalam mengenang kembali buku "Sejarah" (Histori) di mana literatur ilmu sosial: "kebudayaan yang berbeda mempunyai kode moral yang berbeda pula. Apa yang dianggap benar oleh satu kelompok mungkin justru menjijikkan bagi anggota dari anggota kelompok lain dan sebaliknya".

Lalu bagaimanakah moralitas mengawal nilai kemanusian itu menuju kesejahteraan umat manusia. Menurut penulis, sejauh yang saya pahami, moralitas bukanlah jawaban atas persoalan-persoalan kejahatan yang muncul. Moral tidak dapat menjadi penghalang timbulnya kejahatan dalam diri setiap manusia, terlebih lagi sanksi yang ditimbulkan dari moral tidak mengikat.

Para pendeta, guru agama dan para ahli tafsir kitab suci, mereka mengaku bertuhan dan bermoral. Namun, mereka tidak bisa terhindar dari jerat pelaku kekerasan seksual, korupsi dan kejahatan lainnya.

Sama halnya dengan Indonesia, mengaku sebagai negara bermoral dan beragama. Semua orang bertindak soal moral dan agama. Namun, korupsi dan kebohongan menyelubungi politik kita. Diskriminasi dan kebencian mewarnai hidup masyarakat kita. Kita pun gemar menghukum mati orang-orang yang kita anggap tak layak hidup.

Jadi moralitas bukan salah satu jawaban atas  permasalahan kejahatan yang timbul. Moral nampak gagal dalam mewujubkan kesejahteraan umat manusia, serta tak mampu mengawal nilai kemanuiasan itu sendiri.

Sumber; Rachels, James. Filsafat Moral. PT Kanisius. Yogyakarta. 2004

Wattimena, Reza A.A. Tentang Manusia (Dari Pikiran, Pemahaman, Sampai dengan Perdamaian Dunia). Maharsa, Yogyakarta. 2016

Forum Lingkar Pena
Forum Lingkar Pena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun