Mohon tunggu...
Hanter Siregar
Hanter Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Masih sebuah tanda tanya?

Mencintai kebijaksanaan, tetapi tidak mengetahui bagaimana caranya!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selebaran Kertas dan Spesies yang Mati

13 Juli 2019   12:18 Diperbarui: 13 Juli 2019   12:28 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://truththeory.com 

Menyimak informasi seputar lingkungkan yang beredar di dunia, permasalahan lingkungan semakin menakutkan masyarakat di berbagai belahan negara. Hal ini erat kaitannya dengan kondisi sekarang dan masa depan bumi yang akan datang.

Berbagai macam faktor kerusakan lingkungan menjadi trending topik, seperti pencemaran sampah plastik dan pemanasan global.

Persoalan lingkungan adalah permasalahan yang menjangkau seluruh aspek kehidupan. Kerusakan pada lingkungan memberikan dampak yang luas, serta dapat mengancam keberlangsungan seluruh makhluk hidup dan masa depan bumi. Untuk itu pemerintah harus benar-benar menjaga dan mengawasi segala aktivitas yang dapat merusak lingkungan.

Pada umumnya kerusakan lingkungan tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi berbagai macam faktor. Hampir seluruhnya kegiatan ataupun aktivitas manusia dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan.

Setiap kerusakan dan pencemaran lingkungan menjadi mimpi buruk bagi keberlangsungan makhluk hidup disekitarnya. Tak bisa kita pungkiri bahwa seluruh habitat yang melekat pada lingkungan tersebut---juga akan terganggu.

Salah satu aspek lingkungan yang bermasalah dapat berdampak luas dalam berbagai aspek lingkungan---sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki mata rantai relasi, yang saling mempengaruhi secara subsistem. Oleh karena itu masalah-masalah lingkungan lokal tidak saja hanya berdampak terhadap lingkungan sekitar, tapi juga berakibat terhadap kenyamanan masyarakat luas dan bahkan negara-negara tetangga.

Lingkungan seperti tubuh manusia, dimana salah satu organ tubuh atau bagian dari tubuh manusia yang mengalami luka, akan tetapi seluruh tubuh manusia akan mengalami dampak ataupun penderitaannya.

Misalnya, hutan Indonesia yang mengalami kebakaran pada tahun 2015. Dampak atau polusi udara yang ditimbulkan dari asap kebakaran tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar pada kenyamanan masyarakat Indonesia dan juga warga negara tetangga.

Karna itu, permasalahan lingkungan sekecil apapun tidak boleh dianggap remeh-temeh. Terlebih lagi, Isu pemanasan global menjadi keluhan sekaligus ancaman yang menakutkan bagi masa depan umat manusia di bumi.

Cuaca yang tidak menentu, melahirkan ketakutan tersendiri terhadap keberlangsungan hidup manusia, terutama para petani, perkebunan dan nelayan. Ditambah lagi populasi udara yang kian makin buruk. Hal ini merupakan peringatan dari alam sekaligus ancaman.

Seperti yang ditulis oleh Rizki Nugraha di halaman facebook DW inovator. Dalam tulisannya memaparkan bahwa "baru-baru ini para ilmuan kembali memperingatkan bahaya kenaikan temperatur global yang meski angkanya kecil, bisa memicu bencana besar seperti kelaparan, kekeringan, banjir, dan kepunahan massal".

Tentu persoalan pemanasan global disebabkan oleh ketidakstabilan ekosistem lingkungan yang dipengaruhi berbagai macam aspek. Penyebabnya tidak saja hanya kerusakan hutan, tetapi efek rumah kaca sangat mempengaruhi, dan juga populasi udara yang ditimbulkan oleh kegiatan para industrial.

Karna itu, sudah seharusnya pemerintah mengupayakan berbagai cara yang dapat mengatasi pemanasan global. Pemerintah harus benar-benar melakukan pengawasan yang ketat dan tegas, serta mengeluarkan kebijakan yang mampu mengatasi perusakan lingkungan.

Terutama masalah kerusakan hutan sebagaimana salah satu penyumbang terjadinya pemanasan global. Kita tidak boleh pandang sebelah mata. Sesuai penelitian yang dirilis Guinness Book Of Record Indonesia dinobatkan menjadi negara penghancur hutan tercepat di dunia. Sementara banyak keadaan masyarakat sekitar hutan yang miskin menjadi sebuah ironi yang telanjang dengan Undang-Undang yang ada.

Pada hal dalam ketentuan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, memberikan dasar filosofis bagaimana kita harus memandang hutan. Termasuk asas-asas lingkungan yang bermakna kelestarian dan keseimbangan alam.

Hutan sebagaimana pohon adalah bagian dari ekosistem daur ulang air dan udara serta sebagai tempat hewan dan seluruh habitat yang diam dan tinggal di hutan tersebut. Apabila hutan rusak dan juga dialih fungsikan, tentu akan menganggu serta merusak ekosistem alamiah hutan tersebut dan juga dapat menghentikan proses spesies yang hidup di dalamnya.

Hutan sebagaimana pohon yang memiliki multi fungsi, tentu tidak hanya berguna untuk kepentingan umat manusia. Karna itu perlu adanya pengelolaan yang berimbang serta pengurangan penebangan pohon secara berlebihan. Termasuk penggunaan kertas yang di produksi dari pohon.

Kertas adalah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penebangan pohon. Oleh karena itu penggunaan pohon sebagai bahan produksi untuk kertas, perlu dikontrol dalam arti dikurangi.

Terlebih di era zaman modern sekarang, teknologi sudah menjadi alat untuk tulis menulis selain kertas. Kehadiran teknologi seharusnya cukup membantu pengurangan penebangan pohon secara berlebihan.

Tapi yang terjadi, terasa teknologi tak cukup membantu. Kertas bukan lagi hanya untuk alat tulis menulis, namun juga telah beralih fungsi yang justru tingkat penggunaannya jauh lebih tinggi dari sekedar alat menulis. Itu artinya bahwa kehadiran teknologi tak mampu mengurangi penggunaan produksi pohon terhadap kertas.

Memang penggunaan kertas terlebih sebagai alat tulis menulis, mustahil bisa hilang dari tengah-tengah kehidupan umat manusia. Namun di balik selebaran kertas ada beribu spesies yang terancam, serta ekosistem alam yang terputus dan mati.

Sementara UU Lingkungan hidup menentukan hutan sebagai karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, memberikan manfaat serba guna bagi umat manusia.

Karenanya wajib disyukuri, diurus dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, baik untuk generasi sekarang maupun akan mendatang.

(Sumber)

Setiono, Bambang & Noto, Mulyadi. Istrumen dan Indikator Untuk Mendeteksi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan yang Tidak Berkelanjutan. ELSDA institute, Jakarta 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun