Mohon tunggu...
Hans Roga
Hans Roga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa fakultas filsafat

PENCINTA MUSIK

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Injil Sinoptik dalam Konteks Pandemi Covid-19 Masih Relevan?

31 Agustus 2021   09:04 Diperbarui: 31 Agustus 2021   09:15 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapakah Sabda itu? Sabda itu ialah Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Sering dalam pemahaman kita, Injil itu dilihat sebagai kumpulan dari buku-buku. 

Padahal sesungguhnya Injil adalah sebuah kesaksian yang menyangkut hidup dan ajaran Yesus. Hal ini pun ditegaskan secara langsung oleh St. Hieronimus bahwa barang siapa tidak mencintai Kristus, tidak mengenal Kitab Suci. 

Memang pada dasarnya ketika kita melihat Injil hal utama yang dimengerti adalah kitab atau buku. Akan tetapi intinya adalah Injil itu adalah kesaksian utama tentang bagaimana hidup dan ajaran Yesus yang tertuju pada keselamatan.

Persoalan sinoptik sebenarnya merupakan gabungan dari ketiga injil yakini Matius, Markus dan Lukas yang memiliki kemiripan dalam memberi kesaksian tentang hidup dan karya Yesus. 

Kata sinoptik berasal dari bahasa Yunani syn: sama, Opsis: cara pandang. Namun disisi lain juga ada perbedaan dalam paralelisme dari ketiga Injil itu, misalnya gaya bahasa dan lain sebagainya.

Injil sinoptik dalam situasi pandemi

Di tengah situasi yang mengancam kehidupan umat manusia, apakah Injil sinoptik masih relevan? Dalam menyikapi persoalan covid 19, umat kristiani dipanggil untuk terlibat aktif agar menjadi pewarta kabar sukacita yang bisa mengantar setiap insan untuk bisa mengalami kehadiran Allah secara personal dalam setiap tugas dan karya yang diemban. 

Hal ini membutuhkan iman yang otentik. Beriman berarti kita sungguh menanggapi pewahyuan diiri Allah yang tercermin dalam pribadi Yesus.

Melalui sakramen pembaptisan kita sebagai umat kristiani telah masuk sebagai anggota Gereja yang hidup dalam satu persekutuan dengan Kristus sebagai kepala Gereja itu sendiri. Dalam situasi yang kurang menjamin, kita kita dipanggil untuk menjadi saksi dalam mewartakan keselamatan. 

Menjadi saksi berarti kita, menjadi utusan dalam mewartakan Injil. Namun hal yang patut di pertanyakan adalah apakah dalam menjalankan misi pewartaan itu, kita hadir untuk memberitakan atau mengabarkan Injil. 

Memberitakan berarti kita menjadi orang yang diutus untuk menyampaikan berita layaknya seorang penyiar televisi yang sekedar menyampaikan suatu kejadian yang telah terjadi dan tidak ada kaitan personal dengan dirinya. Sedangkan mengabarkan berarti, menyampaikan suatu peristiwa yang akan terjadi dan dialami secara personal oleh pribadi yang mengabarkan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun