Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Momen yang Tepat bagi Agus Rahardjo Bicara tentang Jokowi

4 Desember 2023   13:18 Diperbarui: 4 Desember 2023   13:18 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengakuan Agus Rahardjo (ketua KPK 2015 -- 2019) kepada Rosiana Silalahi, host "Rosi", tentu amat sangat mengejutkan. Katanya, Agus pernah dimarahi oleh Presiden Jokowi karena melanjutkan proses penyidikan terhadap Setya Novanto, ketua DPR waktu itu, yang tersangkut kasus korupsi e-KTP.

"Hentikan!" begitu kata Agus, menirukan Jokowi yang marah-marah.

Jika statemen Agus itu benar, hal ini sungguh tidak bisa dipercaya. Sulit membayangkan seorang Jokowi, yang selama ini kita kenal sebagai sosok yang santun, sederhana, jujur, taat konstitusi, ternyata oh ternyata berusaha mengintervensi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Sekali lagi --- jika benar, ini suatu pelanggaran hukum-konstutusi yang sangat serius. Jokowi layak dimakzulkan dari jabatan yang hanya beberapa bulan lagi itu.

Pilpres akan dilaksanakan pada14 Februari 2024. Kemudian, 20 Oktober 2024, Jokowi akan menyerahkan jabatan yang sudah dia duduki selama dua perioede itu ke presiden terpilih. Sebagaimana kita tahu ada tiga paslon capres/cawapres: Anies Baswedan -- Muhaimin Iskandar (01), Prabowo Subianto -- Gibran Rakabuming (02), dan Ganjar Pranowo -- Mahfud MD (03).

Berita wawancara podcast Agus Rahardjo dengan Rosi itu mulai tayang dan viral pada minggu lalu, dan menimbulkan heboh. Semua pihak mengulas informasi dari Agus, yang sifatnya masih dugaan ini, sebab memang sulit untuk membentangkan bukti-bukti. Jokowi yang saat itu katanya didampingi Pratikno, menteri sekretaris negara, pastinya membantah cerita Agus itu dengan ringan.

"Mana buktinya? Sekneg tidak mengagendakan pertemuan Presiden Jokowi dengan Agus Rahardjo kok saat itu". Begitu sanggahan dari Istana.

Adapun jagad medsos tak kalah riuh merespons informasi dari Agus Rahardjo ini. Kebanyakan netizen mengaku lebih percaya kepada cerita Agus Rahardjo. Alasan netizen, saat ini Jokowi tidak bisa dipercaya sejak kasus MK yang mengutak-atik syarat cawapres sehingga Gibran, putra Jokowi bisa menjadi cawapres bagi Prabowo Subianto.

Sementara bagi pembela Jokowi, dengan sinis menanggapi, "Kok baru sekarang si Agus ngomong. Kenapa tidak dari tahun-tahun kemarin?"

Tentu saja para simpatisan Jokowi tidak bisa terima, dan balik menuding Agus Rahardjo sedang mencari popularitas, sebab kabarnya, dia menjadi caleg?

Penulis juga awalnya beranggapan demikian. Namun setelah dianalisis, memang sekarang inilah saatnya orang-orang bicara tentang Jokowi.

Jokowi sudah memasuki tahun ke-9 jabatannya sebagai presiden RI, dan satu tahun lagi akan lengser. Selama 9 tahun terakhir nama dan sosoknya begitu harum dan dikagumi mayoritas rakyat. Survei tentang kepuasan atas Jokowi bahkan mencapai 70-80%. Maka mustahil dia diserang isu negatif sebab rakyat siap membela apabila misalnya tahun lalu Rahardjo mengungkapkannya ke publik lewat "Rosi".

Tapi nama baik Jokowi tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika MK yang ketika itu diketuai Anwar Usman, iparnya, dituding menjadi biang lahirnya peraturan "aneh" yang membolehkan Gibran nyawapres. Mayoritas rakyat terperangah, tokoh-tokoh bangsa yang dikenal berintegritas bahkan menangis menyaksikan Jokowi yang mendadak berubah setelah anaknya diperbolehkan maju sebagai cawapres.

Jokowi yang dulu adalah "kita", sekarang sudah menjadi sosok asing. Kini dia ramai dihujat, dimaki, diolok-olok oleh publik sebagai "gila kuasa". Ketika dia tidak bisa menjabat 3 periode, maka anaknya, si Gibran, yang dia paksakan untuk jadi perpanjangan tangannya kelak.

Jokowi juga dicap sebagai pengkhianat partai sebab tega membelakangi PDI Perjuangan yang selama ini memberikan segalanya baginya hingga bisa menjadi walikota Solo dua periode, gubernur DKI Jakarta 2 tahun, dan presiden RI dua periode. Selain gila kuasa, plintat-plintut, penipu, pembohong, Jokowi juga disamakan dengan Malin Kundang, tokoh legenda yang tidak mau mengakui ibunya sendiri, setelah dia kaya raya.

Diduga, hampir semua simpatisan dan pecinta Jokowi, kini berbalik menjadi anti-pati padanya. Sebaliknya, pendukung fanatik Prabowo yang dulu membenci Jokowi, sekarang tampil sebagai jadi pembela Jokowi yang militan. Tapi hilangnya simpati banyak orang terhadapnya saat ini, membuat pengakuan dari Agus Rahardjo tidak mendapat perlawanan. Bahkan mayoritas netizen mengaku lebih mempercayai cerita Agus Rahardjo, ketimbang bantahan atau sanggahan Istana, dan buzzer Prabowo -- Gibran.

Tentu drama ini belum selesai. Jika benar Jokowi telah mengintervensi penegakan hukum pemberantasan korupsi, membela tersangka koruptor, maka ini merupakan alarm bagi Jokowi. Opsi pemakzulan sepertinya memang tepat, terlebih banyak sepak terjangnya yang diduga mengintervensi banyak lembaga demi memenangkan putranya Gibran yang berpasangan dengan Prabowo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun