Jokowi sudah memasuki tahun ke-9 jabatannya sebagai presiden RI, dan satu tahun lagi akan lengser. Selama 9 tahun terakhir nama dan sosoknya begitu harum dan dikagumi mayoritas rakyat. Survei tentang kepuasan atas Jokowi bahkan mencapai 70-80%. Maka mustahil dia diserang isu negatif sebab rakyat siap membela apabila misalnya tahun lalu Rahardjo mengungkapkannya ke publik lewat "Rosi".
Tapi nama baik Jokowi tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika MK yang ketika itu diketuai Anwar Usman, iparnya, dituding menjadi biang lahirnya peraturan "aneh" yang membolehkan Gibran nyawapres. Mayoritas rakyat terperangah, tokoh-tokoh bangsa yang dikenal berintegritas bahkan menangis menyaksikan Jokowi yang mendadak berubah setelah anaknya diperbolehkan maju sebagai cawapres.
Jokowi yang dulu adalah "kita", sekarang sudah menjadi sosok asing. Kini dia ramai dihujat, dimaki, diolok-olok oleh publik sebagai "gila kuasa". Ketika dia tidak bisa menjabat 3 periode, maka anaknya, si Gibran, yang dia paksakan untuk jadi perpanjangan tangannya kelak.
Jokowi juga dicap sebagai pengkhianat partai sebab tega membelakangi PDI Perjuangan yang selama ini memberikan segalanya baginya hingga bisa menjadi walikota Solo dua periode, gubernur DKI Jakarta 2 tahun, dan presiden RI dua periode. Selain gila kuasa, plintat-plintut, penipu, pembohong, Jokowi juga disamakan dengan Malin Kundang, tokoh legenda yang tidak mau mengakui ibunya sendiri, setelah dia kaya raya.
Diduga, hampir semua simpatisan dan pecinta Jokowi, kini berbalik menjadi anti-pati padanya. Sebaliknya, pendukung fanatik Prabowo yang dulu membenci Jokowi, sekarang tampil sebagai jadi pembela Jokowi yang militan. Tapi hilangnya simpati banyak orang terhadapnya saat ini, membuat pengakuan dari Agus Rahardjo tidak mendapat perlawanan. Bahkan mayoritas netizen mengaku lebih mempercayai cerita Agus Rahardjo, ketimbang bantahan atau sanggahan Istana, dan buzzer Prabowo -- Gibran.
Tentu drama ini belum selesai. Jika benar Jokowi telah mengintervensi penegakan hukum pemberantasan korupsi, membela tersangka koruptor, maka ini merupakan alarm bagi Jokowi. Opsi pemakzulan sepertinya memang tepat, terlebih banyak sepak terjangnya yang diduga mengintervensi banyak lembaga demi memenangkan putranya Gibran yang berpasangan dengan Prabowo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H