Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Edy Mundur dari PSSI untuk PSMS Medan

23 Januari 2019   14:20 Diperbarui: 25 Januari 2019   10:26 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for psms dan edy rahmayadi


Mundurnya Edy Rahmayadi dari kursi ketua umum PSSI belum lama ini, semoga saja menjadi berkah tersendiri secara khusus bagi persepakbolaan Sumatera Utara (Sumut). 

Sebab sebagai gubernur Sumut, Edy kini bisa fokus untuk membina dan memajukan persepakbolaan Sumut yang dalam beberapa tahun terakhir ini terpuruk. 

Bagi masyarakat Sumut, hingar-bingar kompetisi sepakbola nasional terasa sepi-sepi saja, sebab tidak ada PSMS (Persatuan Sepakbola Medan dan Sekitarnya) yang mewakili di sana.

Dengan seorang kepala daerah yang gila bola--apalagi mantan ketua umum PSSI--diyakini, sepak bola Sumut akan kembali bersinar-sinar. Sebab Pak Gubernur tidak lagi berbagi cinta dengan yang lain, namun kini sepenuhnya diberikan untuk Sumut, termasuk dalam konteks ini, sepak bola Sumut. 

Daerah Sumut yang sejatinya tidak terletak di bagian utara Pulau Sumatera ini--karena Aceh yang posisinya lebih utara-- ini tergolong "keren" di mata banyak orang. 

Pengalaman penulis selama di Pulau Jawa, banyak orang non-Sumut memandang masyarakat Sumut yang ada di perantauan itu dinamis dan tahan banting. Maka sebagai warga Sumut, apalagi kelahiran Sumut, kita harus bangga. Mungkin dalam Pilkada Sumut beberapa waktu lalu, ada yang berbeda pilihan cagub. 

Tetapi itu semua sudah usai. Kini, demi Sumut yang maju dan bermartabat, kita harus menerima dan mendukung sepenuh dan  setulus hati Pak Edy Rahmayadi menjadi kepala daerah kita, yang akan membawa Sumut menjadi daerah terkemuka di negeri ini, termasuk dalam soal sepak bola, tentu saja. 

Bahwa Sumut itu merupakan salah satu daerah sepakbola di Tanah Air, tidak bisa dibantah. Sejarahnya pun masih mudah ditelusuri. Bagi penggemar sepak bola di Tanah Air, nama PSMS Medan tentu tidak akan terlupakan. Tim kesayangan warga Kota Medan dan Sumut ini merupakan musuh bebuyutan Persib Bandung di era Perserikatan. 

Bahkan beberapa dekade silam, sepak bola Sumut dikenal dunia karena ada kompetisi internasional tahunan memperebutkan Piala Marah Halim (Marah Halim Cup) yang diselenggarakan di Stadion Teladan Medan, ibu kota Sumatera Utara. Tapi kompetisi tersebut sudah menghilang sejak 1995.

Beberapa tahun ini Sumut memang sepi dari hingar-bingar sepakbola Tanah Air, karena tim kebanggaan, PSMS, tidak berkibar di kompetisi utama. Musim lalu (2018), PSMS masuk lagi ke Liga 1 (Liga Gojek). Namun sayang sekali, tim berjuluk Ayam Kinantan ini tidak hanya terdegradasi, namun dalam daftar klasemen dia berada urutan paling bawah. Dari 18 peserta, PSMS berada di urutan terakhir (18) dengan nilai 37. Dari 34 pertandingan yang diikuti home and away, Pasukan Hijau-hijau tercatat hanya menorehkan 11 kali menang, 4 kali seri, dan sisanya (19 kali) kalah. 

Ini jelas suatu pencapaian yang sangat menyedihkan dan tidak sesuai dengan sejarah persepakbolaan Sumut. Nasib PSMS di tahun 2018 ini sangat kontras dibanding beberapa lagenda sepakbola eks perserikatan yang tetap berkibar: Persija Jakarta menjadi juara Liga 1, PSM Makassar di urutan kedua (runners up), Persib Bandung di posisi 4, dan Persebaya Surabaya di peringkat kelima. PSMS sendiri akan menghilang dari peredaran Liga 1 di tahun 2019 ini, karena terdegradasi. Menghilang, entah untuk berapa lama?

Saat ini PSMS Medan bisa saja merasa iri terhadap  Persebaya yang juga sesama tim promosi di Liga 1/2018. Namun di pertengahan musim, Persebaya tiba-tiba saja menyodok ke papan atas, dan akhirnya bercokol di peringkat 5 besar usai kompetisi. 

Padahal di awal dan pertengahan kompetisi, tim kebanggaan masyarakat Jawa Timur ini sempat tertatih-tatih juga bersama PSMS Medan. Uniknya, PSMS awalnya dilatih oleh Djajang Nurdjaman yang sukses mengangkat PSMS promosi ke Liga 1. 

Namun di pertengahan musim, atau sekitar Juli 2018, lagenda Persib Bandung ini diberhentikan manajemen PSMS. Mungkin karena saat itu klub kebanggaan warga Medan dan Sumatera Utara itu terpuruk di papan bawah. Sekitar September 2018, Persebaya yang juga memecat pelatih Angel Alfredo Vera, mendatangkan Djajang Nurdjaman yang akhirnya secara mengejutkan sukses memberikan kemenangan demi kemenangan bagi Bajul Ijo, hingga melesat ke posisi 5 besar. Tapi itulah sepakbola yang selalu penuh dengan kejutan.

Tahun ini (2019) PSMS Medan turun takhta ke Liga 2. Ini jelas bukan sesuatu yang diinginkan oleh kebanyakan warga Sumut yang juga gila bola. Namun semua itu harus dilakoni sembari tetap berjuang untuk dapat lagi promosi ke liga utama tahun depan, bergabung dengan tim-tim lain yang pernah menjadi lagenda persepakbolaan nasional sewaktu berbentuk perserikatan. Sebab sesungguhnya di sanalah habitat PSMS Medan, di liga utama persepakbolaan negeri ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun