Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ke Madura Naik Ferry, Asyik Euy

17 Januari 2019   15:28 Diperbarui: 17 Januari 2019   15:37 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap berada di Kota Surabaya, ibukota Provinsi Jawa Timur, penulis selalu sempatkan untuk menyeberang ke Pulau Madura. Bagi penulis, menyeberang dengan ferry tetap lebih asyik ketimbang melintasi Jembatan Suramadu yang sudah digratiskan oleh Presiden Jokowi sejak beberapa waktu lalu. Bagaimanapun juga, menyeberangi Selat Madura dengan kapal ferry itu lebih alami, historis dan asyik. 

Sebelum ada Jembatan Suramadu, mengarungi Selat Madura pakai ferry menjadi satu-satunya cara untuk tiba di Pulau Garam tersebut. Tapi karena jarak daratan Pulau Jawa (Tanjung Perak, Surabaya) tidak terlalu jauh dari Madura, maka kapal-kapal ferry yang beroperasi di sana pun tidak sebesar kapal-kapal penyeberangan yang beroperasi di Selat Sunda, yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Lampung, Sumatera. 

Dan jika waktu tempuh kapal dari Pelabuhan Merak (Banten) ke Pelabuhan Bakauheni (Lampung) memerlukan waktu kurang-lebih tiga jam, menyeberangi Selat Madura hanya butuh waktu sekitar 20 menit. 

Bahkan dari  Pelabuhan  Tanjung Perak, daratan Pulau Madura terlihat dengan jelas saking dekatnya, demikian sebaliknya.

Beroperasinya jembatan Suramadu sejak beberapa tahun lalu itu, jelas sangat memengaruhi aktivitas penyeberangan di Selat Madura. Aktivitas di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Kamal (Madura), jadi berkurang drastis. 

Dan ketika jembatan Suramadu sudah digratiskan beberapa waktu lalu oleh Presiden Jokowi, aktivitas pelabuhan di Selat Madura semakin berkurang pula. Hal itu diakui oleh salah seorang petugas pelabuhan yang ditanya oleh penulis sewaktu ke sana, pada akhir Desember 2018 lalu.

Tetapi bagaimanapun juga, aktivitas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan Pelabuhan Kamal, Madura itu tidak akan pernah hilang, sekalipun Jembatan Suramadu sudah lebih praktis dan cepat. 

Sebab toh tidak semua orang yang bepergian ke Pulau Madura harus melewati jembatan Suramadu. Bahkan mungkin lebih asyik naik ferry, sekalipun mungkin lebih lama.

Makin sepinya aktivitas penyeberangan di Selat Madura itu tampaknya  berpengaruh besar pula terhadap keberadaan pasar yang ada di kawasan pelabuhan Kamal itu. Pasar menjadi seperti tidak berpenghuni. 

Banyak kios yang sudah tutup, dan di sana-sini dalam kondisi kotor, kumuh tidak terawat. Mengenaskan tentu saja. Tapi apa mau dikata. Ratusan atau bahkan ribuan orang  yang selama ini setiap detik, setiap jam berlalu lalang di sana, seiring tiba dan berangkatnya kapal ferry, kini jumlahnya sudah berkurang drastis. 

Image result for di laut kita jaya (DOK: www.wisatajatim.info)
Image result for di laut kita jaya (DOK: www.wisatajatim.info)

Ketika penulis ke sana tiga tahun lalu (2015), jumlah angkot yang mengetem di daerah pelabuhan masih banyak. Bahkan di dekat pasar sudah banyak angkot yang mengetem, dan para calo atau kondektur sudah berebutan menghampiri pemumpang yang baru turun dari ferry, menanyakan tujuan, dan sambil menawarkan angkutan dengan tujuan: kota-kota di Pulau tersebut, seperti Sumenep, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dll. 

Sesuatu yang tidak dialami penulis lagi ketika baru mendarat dengan ferry di sana pada 22 Desember 2018  yang lalu. Sepi dan mencekam, apakah karena dalam suasana libur menjelang Natal dan Tahun Baru? 

Rasanya tidak juga, sebab di Pulau Madura tidak banyak warga yang merayakan Natal--untuk tidak mengatakan "nyaris tidak ada". Pulau Madura memang dihuni hampri 100% masyarakat muslim.

Terlepas dari situasi dan kondisi yang ada sekarang, ada baiknya aktivitas penyeberangan di Selat Madura ini dikelola dengan lebih kreatif, sehingga kesannya tidak melulu hanya sebagai penyeberangan untuk penumpang.

Alangkah baiknya jika dijadikan pula sebagai obyek wisata kuliner. Langkah pertama tentu saja dengan menjadikan atau membuka tempat-tempat rekreasi kuliner di sekitar Pelabuhan Kamal. 

Sehingga mengundang warga Surabaya dan sekitarnya untuk sesekali mampir ke sana. Ingat, durasi penyebarangan hanya sekitar 15-20 menit. 

Maka bisa saja warga Surabaya mampir ke sana, hanya untuk melepaskan penat sejenak. Dengan menyeberangi Selat Madura naik ferry, tentu lebih asyik.  

Di kapal ferry, meski kecil, ada juga cafe mini yang menyediakan minuman ringan dingin dan makanan ringan. Penumpang bisa menikmati pemandangan laut sambil menikmati minuman di cafe, atau dari pedagang asongan yang juga lalu-lalu lalang di kapal fery tersebut.

Walau hanya 20 menit di kapal ferry, pemandangan yang tersaji juga lumayan asyik, antara lain menyaksikan banyaknya kapal-kapal besar yang sandar atau melepas sauh di perairan laut Selat Madura tersebut. 

Jangan lupa pula melepas pandangan ke tugu Jalesveva Jayamahe yang artinya: di laut kita jaya. Patung itu berdiri gagah di Markas  Komando AL Surabaya. 

Penasaran? Ke sana deh, sesekali kalau sedang berada di Kota Buaya. Tarif menyeberang pun murah, satu orang: Rp 5.000,- Tarif kendaraan sepeda motor paling Rp 15.000-an. Mobil tentu lebih mahal lagi, tetapi tidak tergolong mahal. Selamat menikmati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun