Ketika penulis ke sana tiga tahun lalu (2015), jumlah angkot yang mengetem di daerah pelabuhan masih banyak. Bahkan di dekat pasar sudah banyak angkot yang mengetem, dan para calo atau kondektur sudah berebutan menghampiri pemumpang yang baru turun dari ferry, menanyakan tujuan, dan sambil menawarkan angkutan dengan tujuan: kota-kota di Pulau tersebut, seperti Sumenep, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dll.Â
Sesuatu yang tidak dialami penulis lagi ketika baru mendarat dengan ferry di sana pada 22 Desember 2018 Â yang lalu. Sepi dan mencekam, apakah karena dalam suasana libur menjelang Natal dan Tahun Baru?Â
Rasanya tidak juga, sebab di Pulau Madura tidak banyak warga yang merayakan Natal--untuk tidak mengatakan "nyaris tidak ada". Pulau Madura memang dihuni hampri 100% masyarakat muslim.
Terlepas dari situasi dan kondisi yang ada sekarang, ada baiknya aktivitas penyeberangan di Selat Madura ini dikelola dengan lebih kreatif, sehingga kesannya tidak melulu hanya sebagai penyeberangan untuk penumpang.
Alangkah baiknya jika dijadikan pula sebagai obyek wisata kuliner. Langkah pertama tentu saja dengan menjadikan atau membuka tempat-tempat rekreasi kuliner di sekitar Pelabuhan Kamal.Â
Sehingga mengundang warga Surabaya dan sekitarnya untuk sesekali mampir ke sana. Ingat, durasi penyebarangan hanya sekitar 15-20 menit.Â
Maka bisa saja warga Surabaya mampir ke sana, hanya untuk melepaskan penat sejenak. Dengan menyeberangi Selat Madura naik ferry, tentu lebih asyik. Â
Di kapal ferry, meski kecil, ada juga cafe mini yang menyediakan minuman ringan dingin dan makanan ringan. Penumpang bisa menikmati pemandangan laut sambil menikmati minuman di cafe, atau dari pedagang asongan yang juga lalu-lalu lalang di kapal fery tersebut.
Walau hanya 20 menit di kapal ferry, pemandangan yang tersaji juga lumayan asyik, antara lain menyaksikan banyaknya kapal-kapal besar yang sandar atau melepas sauh di perairan laut Selat Madura tersebut.Â
Jangan lupa pula melepas pandangan ke tugu Jalesveva Jayamahe yang artinya: di laut kita jaya. Patung itu berdiri gagah di Markas  Komando AL Surabaya.Â
Penasaran? Ke sana deh, sesekali kalau sedang berada di Kota Buaya. Tarif menyeberang pun murah, satu orang: Rp 5.000,- Tarif kendaraan sepeda motor paling Rp 15.000-an. Mobil tentu lebih mahal lagi, tetapi tidak tergolong mahal. Selamat menikmati.