Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Terima Kasih, Tabloid Bola

19 Oktober 2018   13:48 Diperbarui: 19 Oktober 2018   14:28 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau mau masukin artikel, hanya lewat resepsionis. Dan entah beberapa kali saya mengantarkan artikel langsung ke kantor redaksi, tidak pernah juga lolos. "Nasib-nasib..." keluh saya waktu itu.

Merasa mentok di artikel, saya pun mencoba peruntungan melukis kartun, dan mengantarkannya ke redaksi. Bukan sekali dua kali, tetapi berkali-kali.

Hari baik itu akhirnya tiba juga. Tak terkirakan girangnya saya ketika kartun pertama saya dimuat di edisi Jumat. Saya pun lebih rajin dan bersemangat membuat kartun dan mengantarkan ke redaksi. Dalam sebulan, bisa sekali atau dua kali dimuat kartun saya.

Dan honorarium untuk sebiji kartun saat itu, lumayan besar juga untuk ukuran mahasiswa indekos yang tiap bulan dibiayai orang tua lewat uang yang dikirim pakai wessel pos. Anak-anak millenia pasti tidak ada lagi yang tahu apa gerangan wessel pos ini. 

Mau tahu berapa bayaran sebiji kartun saya waktu itu? Rp 30.000, coy! Kalau tadi saya ilustrasikan bahwa dengan uang Rp 1.000 saja sudah bisa diirit-irit untuk makan satu-dua hari di warteg terdekat, maka uang sebesar Rp 30.000 itu sudah seperti apa ya besarnya? Hihihihihih...

Dan begitulah, kalau saya rajin mengantarkan kartun ke kantor redaksi, kemungkinan besar di edisi baru akan dimuat. Dan yang lebih membahagiakan adalah honorarium kartun sudah bisa diambil satu minggu setelah diterbitkan, kalau kita sendiri yang datang ke kantor BOLA untuk mengambilnya. Sedangkan bila ingin dikirimkan lewat kantor pos--pakai wessel pos--harus sabar menunggu sebulan.

Bagi saya yang hidup di alam kos dan sering defisit dalam hal keuangan, menanti kiriman via kantor pos tentu bukan sikap yang cerdas. Maka saya selalu mengambil sendiri sambil membawa juga beberapa kartun baru untuk edisi yang akan terbit. Saya baru berhenti mengirim kartun ke BOLA setelah bekerja di sebuah media, dan tidak ada waktu untuk membuat kartun lagi. 

Tabloid BOLA telah pergi. Namun dia pernah menghiasi lembaran hidup saya, pernah membantu meringankan beban hidup walau hanya beberapa saat. Untuk semua kenangan indah itu, saya ucapkan terimakasih yang tiada terhingga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun