Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tragedi Mahfud MD dan Pakaian Jokowi

16 Agustus 2018   21:39 Diperbarui: 16 Agustus 2018   22:19 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batalnya Prof Dr Mahfud MD menjadi cawapres tentu merupakan tragedi bagi banyak pihak yang mendambakan mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut menjadi wakil presiden bagi Joko Widodo (2019 -2024).

Lebih tragis lagi, pembatalan tersebut terjadi pada detik-detik akhir menjelang diumumkannya cawapres oleh koalisi pengusung Jokowi.

Bila kita menyimak pengakuan Mahfud MD di acara ILC menyangkut pembatalan dirinya itu, emosi kita pun turut terbawa dan jatuh simpati pada dia. Tim Jokowi, katanya, padahal sudah menjelaskan secara detil tentang pencalonan dirinya itu. Namun apa hendak dikata, bukan dirinya yang terpilih.

Ketika nama Mahfud mulai santer disebut-sebut sebagai salah satu kandidat calon wakil Jokowi, bahkan lembaga-lembaga survei pun menempatkan namanya di posisi terbaik, Mahfud selalu menanggapi bahwa dirinya sebenarnya tidak berambisi dan tidak akan meminta-minta untuk dijadikan menjadi cawapres.

"Tapi kalau diminta, saya bersedia," jelas Mahfud.

Dan betul sekali, pada akhirnya dia memang diminta untuk menjadi pendamping petahana, karena dipandang dari berbagai sudut, dialah yang lebih tepat.

Mahfud MD menjadi pilihan yang logis di antara beberapa nama yang sebenarnya layak untuk maju ke Pilpres 2019 mengingat mereka adalah pimpinan parpol pengusung Jokowi untuk periode ke-2-nya.

Romahurmuzy selaku ketua umum PPP, selain memiliki basis massa yang jelas, pun usianya masih muda dan energik. Muhaimin Iskandar, ketua umum PKB pun demikian. Ada lagi nama Airlangga Hartarto ketua umum Partai Golkar, serta nama-nama lain yang sebenarnya punya kapasitas untuk disandingkan dengan Jokowi, dan menjadi pemimpin masa depan.

Namun agaknya dari nama-nama ketua umum parpol itu dipandang tidak ada yang "lebih menonjol", dan berpotensi menciptakan kecemburuan dari sesama kalau satu dari antara mereka terpilih. Ini tentu riskan, sebab bisa-bisa pihak yang merasa dirinya tersingkir akan menyatakan menarik diri dari koalisi dan memberikan suaranya kepada rival. Ancaman semacam ini jelas mengerikan.

Maka akhirnya diambillah jalan tengah, yakni nama Mahfud MD yang bukan ketua umum parpol. Sehingga dengan demikian tidak akan ada yang merasa tersingkirkan. Apalagi dalam kenyataannya nama ini pun memiliki elektabilitas yang tinggi.

Di sisi lain, Jokowi pun kelihatannnya cukup happy dengan sosok ahli hukum yang pernah menjadi menteri di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut.

Di hari-hari menjelang batas pendaftaran ke KPU, Jokowi sudah mulai mengatakan bahwa cawapresnya berinisial "M". Uniknya, banyak orang di lingkaran tersebut yang berinisial "M": Muhaimin Iskandar, Muhammad Romahurmuzy, Ma'ruf Amin, Moeldoko, dan Mahfud MD sendiri. Tapi endusan yang paling keras agaknya mengarah ke nama Mahfud MD.

Namun begitulah. Bukan hanya Mahfud MD yang kaget. Semua orang terperangah ketika akhirnya bukan namanya yang diumumkan, tetapi nama Ma'ruf Amin.

Meski sudah sepuh, 75 tahun, ketua umum MUI yang juga tokoh senior di PBNU ini dianggap mampu menjembatani semua perbedaan yang ada. Sosoknya bisa diterima semua pihak.

Tetapi kenapa tiba-tiba beliau yang dipilih? Kenapa nama Mahfud MD yang juga dianggap bisa menjadi jembatan bagi semua itu tersingkirkan?

Menurut hemat saya, hal yang tragis ini terjadi  karena yang bersangkutan (Mahfud MD) abai pada hal-hal yang kecil. Dan hal yang kecil itu berupa pakaian.

Bila disimak kembali cerita Mahfud MD di ILC, saya berpendapat bahwa pada prinsipnya sudah semua tokoh koalisi pengusung Jokowi telah menyatakan "OK" untuk Mahfud MD. Sebab bila tidak, mana mungkin orang-orang dekat Jokowi meminta agar Mahfud menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, bahkan menurut Mahfud sendiri, sudah sampai pada hal-hal yang detail. 

Nah, masalah mulai terjadi ketika Mahfud diminta untuk mengukur pakaian supaya sama dengan yang nanti dikenakan Jokowi pada saat pendaftaran ke KPU. Dan kalau kita lihat busana yang dipakai Jokowi ketika mendaftar ke KPU pada Jumat 10 Agustus 2018 itu, memang khas. Kemeja putih namun diberi ilustrasi dengan kata-kata yang penuh pesan dan makna: "bersih, merakyat, kerja nyata".

Slogan itu sesuai dengan apa yang telah diperlihatkkan oleh Jokowi dalam periode pertamanya ini. Mungkin pakaian semacam ini pulalah yang mestinya dikenakan oleh Mahfud MD. 

Tapi sayang, Mahfud yang memiliki pendirian keras dan mandiri, dan mungkin tidak mau diatur untuk hal-hal yang sepele dan bersifat pribadi--seperti soal pakaian--kelihatannya tidak terlalu antusias dengan permintaan untuk mengukur baju tersebut.

Padahal, kemungkinan besar soal pakaian "seragam" ini pun pasti merupakan ide dan keputusan para pimpinan koalisi. Tapi Mahfud tidak mau memenuhinya, bahkan membawa sendiri pakaian yang akan dikenakan pada waktu mendaftar ke KPU.\

Mungkin bagi tokoh-tokoh koalisi, ini suatu bentuk pembangkangan, dan bisa saja ada yang akhirnya langsung merasa "patah arang" dan meminta nama Mahfud dicoret saja.

Tragis memang. Tapi bila analisis ini betul, maka benarlah apa kata sebuah perumpamaan klasik yang bunyinya kira-kira seperti ini: "setialah pada perkara-perkara kecil, sebab dengan demikian engkau akan diberi kuasa memikul perkara-perkara besar".

Nah, ketika kita abai pada perkara-perkara yang kita anggap sepele, akhirnya kita pun kehilangan peluang melakukan hal-hal yang besar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun