Di hari-hari menjelang batas pendaftaran ke KPU, Jokowi sudah mulai mengatakan bahwa cawapresnya berinisial "M". Uniknya, banyak orang di lingkaran tersebut yang berinisial "M": Muhaimin Iskandar, Muhammad Romahurmuzy, Ma'ruf Amin, Moeldoko, dan Mahfud MD sendiri. Tapi endusan yang paling keras agaknya mengarah ke nama Mahfud MD.
Namun begitulah. Bukan hanya Mahfud MD yang kaget. Semua orang terperangah ketika akhirnya bukan namanya yang diumumkan, tetapi nama Ma'ruf Amin.
Meski sudah sepuh, 75 tahun, ketua umum MUI yang juga tokoh senior di PBNU ini dianggap mampu menjembatani semua perbedaan yang ada. Sosoknya bisa diterima semua pihak.
Tetapi kenapa tiba-tiba beliau yang dipilih? Kenapa nama Mahfud MD yang juga dianggap bisa menjadi jembatan bagi semua itu tersingkirkan?
Menurut hemat saya, hal yang tragis ini terjadi  karena yang bersangkutan (Mahfud MD) abai pada hal-hal yang kecil. Dan hal yang kecil itu berupa pakaian.
Bila disimak kembali cerita Mahfud MD di ILC, saya berpendapat bahwa pada prinsipnya sudah semua tokoh koalisi pengusung Jokowi telah menyatakan "OK" untuk Mahfud MD. Sebab bila tidak, mana mungkin orang-orang dekat Jokowi meminta agar Mahfud menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, bahkan menurut Mahfud sendiri, sudah sampai pada hal-hal yang detail.Â
Nah, masalah mulai terjadi ketika Mahfud diminta untuk mengukur pakaian supaya sama dengan yang nanti dikenakan Jokowi pada saat pendaftaran ke KPU. Dan kalau kita lihat busana yang dipakai Jokowi ketika mendaftar ke KPU pada Jumat 10 Agustus 2018 itu, memang khas. Kemeja putih namun diberi ilustrasi dengan kata-kata yang penuh pesan dan makna: "bersih, merakyat, kerja nyata".
Slogan itu sesuai dengan apa yang telah diperlihatkkan oleh Jokowi dalam periode pertamanya ini. Mungkin pakaian semacam ini pulalah yang mestinya dikenakan oleh Mahfud MD.Â
Tapi sayang, Mahfud yang memiliki pendirian keras dan mandiri, dan mungkin tidak mau diatur untuk hal-hal yang sepele dan bersifat pribadi--seperti soal pakaian--kelihatannya tidak terlalu antusias dengan permintaan untuk mengukur baju tersebut.
Padahal, kemungkinan besar soal pakaian "seragam" ini pun pasti merupakan ide dan keputusan para pimpinan koalisi. Tapi Mahfud tidak mau memenuhinya, bahkan membawa sendiri pakaian yang akan dikenakan pada waktu mendaftar ke KPU.\
Mungkin bagi tokoh-tokoh koalisi, ini suatu bentuk pembangkangan, dan bisa saja ada yang akhirnya langsung merasa "patah arang" dan meminta nama Mahfud dicoret saja.