Mohon tunggu...
Hans Joseph Himawan
Hans Joseph Himawan Mohon Tunggu... Programmer - Siswa

Ekonomi, Politik, Teknologi, Debat, dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Music

Monopoli Industri Musik, Bagaimana Big Three Membatasi Artis Independen

21 November 2024   20:00 Diperbarui: 21 November 2024   20:38 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri musik sering dipuji karena kreativitas dan keanekaragamannya, tapi kenyataannya kini semakin dikuasai oleh tiga label rekaman besar: Universal Music Group (UMG), Sony Music Entertainment, dan Warner Music Group. Ketiga label ini menguasai lebih dari 69% pasar musik dunia, sehingga mereka bisa menentukan lagu-lagu yang didengar jutaan orang setiap harinya (Soundplate, 2022). 

Meski pengaruh besar ini membantu kesuksesan artis-artis terkenal, mereka juga membuat artis independen sulit berkembang. Kekuasaan yang terlalu terkonsentrasi ini membatasi peluang bagi artis independen, menciptakan sistem yang tidak adil, dan menghambat kreativitas serta keragaman di dunia musik.

Dominasi "Big Three" di Platform Streaming

Cengkeraman Big Three di platform streaming seperti Spotify dan Apple Music sangat merugikan artis independen. Platform yang seharusnya memberi semua artis kesempatan yang sama ternyata lebih menguntungkan label besar. Misalnya, UMG berhasil menegosiasikan tarif royalti yang lebih tinggi dengan imbalan visibilitas lebih besar untuk artis-artis mereka di playlist populer. 

Akibatnya, artis independen sering kalah saing. Sebuah studi oleh Rolling Stone menunjukkan bahwa 90% lagu yang paling sering diputar di Spotify berasal dari artis label besar (Blake, 2021). Tanpa dukungan dana besar untuk mempromosikan lagu mereka, artis independen kesulitan menjangkau pendengar yang lebih luas.

Panggung Festival yang Tidak Seimbang

Selain di platform streaming, dominasi Big Three juga terasa di festival-festival musik besar seperti Coachella dan Lollapalooza. Lineup utama festival ini hampir selalu diisi oleh artis dari label besar. 

Sebagai contoh, di Lollapalooza 2023, headliner-nya adalah Kendrick Lamar dan Billie Eilish dari Universal Music Group, serta Red Hot Chili Peppers dari Warner Music Group. Dengan kekuatan ini, label besar memastikan artis mereka mendapat tempat terbaik, sementara artis independen hanya mendapat sedikit ruang untuk tampil.

Kontrak yang Merugikan Artis Baru

Kontrak yang ditawarkan Big Three kepada artis-artis baru sering kali juga tidak adil. Banyak kontrak yang memberikan label kuasa penuh atas karya artis, termasuk hingga 80% royalti streaming dan kepemilikan penuh rekaman master mereka (Peoples, 2022). 

Kondisi ini membatasi kebebasan artis untuk berkarya dan menciptakan inovasi baru. Sebaliknya, artis independen seperti Chance the Rapper yang sukses tanpa label adalah contoh langka yang menunjukkan betapa sulitnya bagi artis independen untuk berhasil di industri yang didominasi label besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun