Mohon tunggu...
Hans Hayon
Hans Hayon Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya Ragu Menjadi Imam

18 September 2017   19:12 Diperbarui: 18 September 2017   19:24 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedua, hidup sebagaimana layaknya seorang imam. Ada ideal atau cita-cita yang ingin dicapai: sebagaimana layaknya seorang imam (baca: Yesus Kristus sebagai Imam Agung). Itu berarti, setelah menjadi imam, tidak otomatis seseorang telah hidup sebagaimana layaknya seorang imam. Bahkan, boleh jadi ada umat di luar lingkup hierarkis yang hidupnya justru sebagaimana layaknya seorang imam. Ini berkaitan dengan spiritualitas dan karena itu jangkauannya jauh lebih mendalam daripada sekadar mengenakan jubah, memimpin perayaan Ekaristi, dan memberikan sakramen. Meskipun demikian, patut diingat, selalu ada hal yang tidak rampung. 

Seorang imam tidak benar-benar menjadi seorang imam. Secara sederhana dapat dibahasakan begini: Anda menyadari betapa dirimu belum menjadi imam karena konsep imamat yang melekat dalam dirimu merupakan sebuah proyeksi tak berkesudahan. Selalu ada hal yang tidak lengkap, berubah-ubah, dan dengan perasaan bahwa masih ada yang kurang. Terhadap segala sesuatu yang kurang itulah, muncul keraguan. Jadi, hanya imam yang "benar-benar imam"-lah yang sanggup merasa ragu. Ini bisa disebut sebagai keraguan eksistensial yakni keraguan yang muncul karena menyadari keterbatasan diri dan lingkungan sekitar di hadapan ketakterbatasan Yang Ilahi. Dengan adanya keraguan ini, iman seseorang didewasakan sehingga ketika ditahbiskan menjadi imam misalnya, ia senantiasa berharap total dan bersikap rendah hati kepada Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun