Mohon tunggu...
Hans Hayon
Hans Hayon Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filsafat Estetika: Kegelisahan Strukturalisme

16 September 2017   14:02 Diperbarui: 16 September 2017   16:12 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Mengungkap makna eksistensialisme puisi- puisi Sapardji Djoko Damono)

Abstraksi:

There are many expressions about the mind and feeling of human in the language, but in essentials it is the world organization: begin by organizing the world of thinking till the external world. In this concept, language of literature is the form of the awareness where are the world is built by the systematization of words. The poem is the ones of literatures making the language meaningful and human also formed by that. Talking about the poem means to interpret the context of the writer existences. In this case, people should understand the complexities of language they use.

Kata Kunci: eksistensialisme, representasi kenyataan, strukturalisme bahasa, logosentrisme, relasi, naturalisme, puisi.

Pengantar

Genesis estetika sebagai bagian yang integral dengan filsafat telah dicetuskan sejak terjadinya tumpang tindih antara konsep filsafat, seni dan metafisika. Plato (427-347 SM) yang begitu menggandrungi simplifikasi tentang ide malah dianggap memandang remeh dunia indrawi dan semua karya praktis seni (Ratna, 2007: 26) padahal menganggap remeh bukan berarti menghapus.\

Justru Plato sendiri malah mengakui eksistensi dan peran dunia indrawi yang turut membangun teorinya tentang forma (idea) dan berpeluang pada konstruksi stratifikasi pengetahuan intelektual (Kebung, 2008: 203).

Kehadiran estetika merupakan konsekuensi kesadaran akan perlu adanya distans antara filsafat dan seni (estetika) di tengah membanjirnya varian domain dan status estetika dalam ranah filsafat.\Bipolaritas perspektif tersebut menghadirkan Aristoteles sebagai mediator serentak mengembalikan fungsi karya seni dalam kehidupan manusia lewat bukunya Poetica. Menurutnya, karya seni atau estetika justru bermakna katharsis bahkan memiliki misi yang jauh lebih tinggi karena membentuk dunianya sendiri dan mengatasi kenyataan.

Dewasa ini, estetika telah menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri dengan problem keindahan dalam kaitannya dengan disiplin ilmu lain. Sebagai filsafat modern, estetika ilmiah meliputi berbagai jenis seni seperti: seni lukis, pahat, musik, tari, teater, sastra, dan seni arsitek. Penulis mencoba membatasi ruang pembahasan estetika ilmiah termaksud pada kancah sastra khususnya puisi beserta kompleksitas struktur pembentuknya.

Dalam paper ini, Penulis mencoba mengungkap makna eksistensialis dalam puisi-puisi Sapardji D. Damono berdasarkan kajian kritis eksistensialisme dan strukturalisme. Penulis tidak menjelaskan secara purna atau komprehensif tentang kedua term di atas, melainkan mengambil sarinya dalam hubungannya dengan bahasa sebuah karya sastra yakni puisi.

Eksistensialisme Sapardji Djoko Damono        

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun