[caption id="attachment_148145" align="aligncenter" width="640" caption="Daunnya yang langsing, membuat anthurium satu ini pantas diberi gelar "ratu". Orang juga menyebutnya Anthurium Ratu (Queen Anthurium)/Admin (KOMPAS.com/iDEA)"][/caption]
Anda punya kenal pohon Anthurium, Gelombang Cinta (Wave of Love), Jenmanii ? Atau mungkin pernah memiliki ikan louhan? Ikan louhan adalah jenis ikan siklid dengan bentuk dan warna yang menarik. Kedua komoditas tersebut pernah membuat geger dengan harganya yang luar biasa mahal. Bayangkan saja jenis Anthurium ada yang bisa dihargai ratusan hingga milyaran rupiah. Kemudian untuk ikan louhan juga begitu. Bayangkan, ikan jenis mujair, keduanya jenis siklid, yang satu harganya lima ratus perak yang lain hingga milyaran. Aneh ? Tapi nyata kan ?
Nah, saya mau memberikan ilustrasi sedikit bagaimana seekor ikan atau sebuah pohon bisa berharga tinggi. Namanya ilustrasi, mungkin ada mengkhayalnya, tetapi tetap berdasarkan 'sedikit' teori, logika dan fakta di lapangan.
Dunia bisnis tidak lepas dari yang namanya modal. Jadi untuk membuat sebuah komoditas menjadi menarik, perlu modal dan strategi bisnis. Untuk bisa menjual sebuah komoditas kita perlu yang namanya pasar. Jika komoditasnya ada tetapi tidak ada pasarnya sama juga bohong. Nggak laku. Begitu pula jika pasarnya ada tapi produknya tidak dikenal. Jadi tahap awal adalah membentuk image sebuah produk lalu kemudian membuat pasarnya. Saya ambil contoh waktu booming ikan Louhan.
Mempelajari Pasar
Ketika itu di Malaysia berhasil mengembang biakkan jenis iklan siklid yang berwarna indah dan berbentuk menarik. Kemudian peluang ini dimanfaatkan oleh pebisnis. Bagaimana caranya menjual ikan ini dengan harga yang mahal dan menguntungkan. Untuk pasar ikan hias komoditas yang paling mahal ditempati oleh Ikan Koi dan Arwana. Kedua ikan ini sudah terkenal dan memiliki pasar sendiri.
Sementara pasaran tertinggi lainnya dipegang oleh ikan langka, semisal Botia. Ikan Botia ini saat itu masih sulit dikembang biakkan. Menurut seorang eksportir ikan di Cibinong, Bogor, mereka masih menangkapnya dari alam. Sekarang jenis ini sudah banyak ditangkar oleh peternak. Berarti pasar iklan Louhan (siklid) masih terbatas dan harganya murah.
Menciptakan Image
Setelah mempelajari pasar, maka harus dibuat pasar sendiri untuk ikan Louhan. Tetapi sebelumnya harus diperkenalkan dahulu produk yang akan dijual. Karena ikan Louhan adalah hasil ternakan dan sangat mudah dikembang biakan, maka perlu strategi sendiri untuk membentuk image.
Pertama kali yang dilakukan adalah dengan menggunakan media massa. Pebisnis, saya menyebut demikian buat investor, akan mengundang media untuk meliput dan memberitakan tentang ikan jenis baru. Media yang saat itu menjadi barometer hobiis adalah majalah Trubus. Dalam setiap edisinya, majalah ini akan memberitakan indahnya ikan louhan. Kemudian pebisnis akan menambahkan bumbu-bumbu lain. Misalnya seorang pakar yang mengatakan bahwa ikan ini membawa keuntungan (hoki), keberkahan, keselamatan, dan lain sebagainya. Jidatnya yang jenong di gambarkan seolah ikan ini mirip dewa tertentu yang membawa kebaikan. Pesan yang ingin disampaikan adalah, "Peliharalah Louhan, ikan jelmaan dewa pembawa kemakmuran, kekayaan, dan kebaikan".
Membuat Pasar
Strategi untuk membuat pasar, selain memanfaatkan media massa, juga dengan mengadakan pameran dan kontes. Caranya mudah. Ketika ikan Louhan berhasil dikembang biakkan, pebisnis akan membeli dalam jumlah besar. Kemudian membaginya ke beberapa 'teman'. Membuat komunitas kecil hobiis. Kontes dan pameran dibuat dengan bantuan publikasi media. Di sanalah 'permainan' yang sesungguhnya di mulai. Pebisnis sekaligus akan membentuk harga. Caranya dengan membeli ikan dengan harga yang spektakuler. Misalnya, pebisnis memberi saya uang 200 juta dan meminta saya untuk membeli ikan pemenang kontes dengan harga 200 juta. Ketika ini terjadi, media akan membantu mempublikasikan dengan gegap gempita. LUAR BIASA ! IKAN JENIS MUJAIR LAKU 200 JUTA !!! Kira-kira pesannya seperti itu.
Sambil menunggu respon masyarakat, kontes-kontes, pameran, seminar, publikasi terus berjalan. Harga akan terus naik dan naik hinggak tak masuk akal. Disinilah muncul hobiis asli, kolektor, pebisnis baru dan spekulan. Mereka tanpa sadar akan terlibat sehingga modal untuk promosi pebisnis utama menjadi agak rendah. Semakin hari masyarakat akan dibuat kagum. Semakin banyak yang penasaran dan tertarik, semakin berhasil strateginya. Akhirnya pasar berhasil dibuat sekaligus menciptakan harga.
Saatnya Jualan
Kini tiba saatnya pebisnis akan menikmati hasilnya. Mereka siap jualan. Jelas saja mahal, ikan louhan tidak tersedia bebas. Untuk memperoleh ikan tersebut harus menghubungi dan membeli dari pebisnis utama. Mungkin sebagian pembaca pernah ikut-ikutan membeli ikan louhan saat itu.
Sementara pebisnis utama sudah siap mendistribusikan ikan-ikan tersebut. Laris manis bagai kacang goreng. Ikan louhan anakan dihargai minimal 25 ribu per ekor ! Padahal ikan bandeng yang lezat sekilonya cuma 7 ribu. Luar biasa.
Semakin banyak pembeli maka ada ancaman baru. Ikan Louhan sangat mudah diternakan. Taruh sepasang di akuarium, lama-lama akan berkembang biak dengan sendirinya. Ketika tahap ini, pebisnis utama sudah siap dengan strategi baru. Pebisnis mulai mengklasifiasikan, membuat kelas-kelas, kualitas, nama-nama, varian baru hingga varian aneh. Terakhir, ketika pasar jenuh muncul ikan berbentuk aneh. Padahal ini ikan cacat dan sengaja dibuat cacat agar unik.
Jangka Waktu
Bisnis seperti ini ada titik jenuhnya, dan ini sudah dipertimbangkan sejak awal. Ketika setiap rumah sudah memelihara louhan. Semakin banyak yang mengembang biakkan, maka bisnis harus berhenti. Biarkan orang lain, pemain baru, spekulan, kolektor dan hobiis yang melanjutkannya. Untung besar sudah ditangan.
Jangka waktu bisnis Louhan juga terjadi untuk Anthurium. Keduanya memiliki pola yang sama. Pertama belum dikenal, kemudian orang tahu, lalu populer, kemudian booming, akhirnya hilang.
Ilustrasi Bisnis
Misalnya saya punya uang 2 milyar yang saya gunakan untuk pembuatan peternakan dan impor louhan. Kemudian saya akan membayar media masa, mengadakan pameran, kontes, workshop budidaya louhan, hingga memodali 'pembeli'.
Ketika booming, harga akan meroket tanpa kendali dengan bantuan hobiis, kolektor, dan spekulan. Ada seekor ikan louhan dibanderol 1 milyar rupiah ! Itupun ada yang beli ! Saya mengikutinya karena saya berlangganan majalah Trubus dan sempat jeblok ketika membeli louhan. Waktu itu Saya membeli dua ekor louhan masing-masing seharga 600 ribu. Menurut teman, di tempatnya harga yang jenis tersebut bisa mencapai 1,5 juta per ekor. Hmmm... Peluang nih, pikir saya. Ketika akan dijual hanya dihargai 250 ribu ! Alasannya, ada tanda hitam dibawah matanya. Katanya itu louhan menangis, nggak bawa hoki. Maksut loh !!! Jadi deh rugi. Akhirnya sih dijual rugi, yang seekor lagi ditukar dengan kucing .anggora. Beeuucchh... Mau untung malah buntung.
Tips
Kalau mau bisnis atau spekulasi di bisnis seperti ini jangan terlalu lama. Cukup dua atau tiga kali transaksi saja. Tapi awalnya lihat dulu trendnya. Anda ada dibagian mana dalam bisnis ini. Kalau baru mulai, okelah, tapi kalau sudah mendekati anti klimaks, sebaiknya jangan ikutan.
Pelajari produknya. Ikan Louhan dan anthurium mudah dikembang biakan, artinya suatu saat produksi akan melimpah dan harga anjlok. Jadi pilih produk yang lebih stabil. Contohnya Koi, Arwana, Adenium. Ketiga produk terakhir lebih menarik, karena susah dan tidak bisa asal-asalan.
Tips ini berlaku juga untuk bisnis MLM, PULSA, BENSIN, ARISAN BERANTAI dan sejenisnya. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H