Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melihat Amerika dari Kacamata Indonesia

20 Januari 2021   19:08 Diperbarui: 20 Januari 2021   19:11 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: belajarsemua.github.io)

Trump-Biden menjadi keras, karena sudah sampai ke pertempuran ideologis.  Dipermukaan karakter, dan gaya Trump yang dipermasalah. Kinerja Trump yang menghasilan 5 Triliun Dollar, dan pengangguran yang menurun drastis, dirubah narasinya oleh media-media menjadi sangat jelek. Dan disambut media Indonesia yang membeo tanpa filter.  Sebuah pemandangan yang sangat menakutkan, kalau kita mengerti arti kata propaganda.

Kaca Mata Indonesia

Bayangkan Sila pertama kita dihapus, pernikahan LGBT disahkan, aborsi dibiayai APBN, kata TUHAN dihilangkangkan dari publik, sapaan berbau agama harus dinetralkan, putra dan putri adalah istlah yang gender-biased, anak lahir tidak boleh dilabel laki atau perempuan, karena mereka berhalk untuk memilih jenis kelamin mereka sendiri, sensor pendapat di sosial media utama, dan demo-demo rutin yang memperjuangkan kesetaraan hak dalam kontek LGBTQ, dan potret-potret sosial sejenis.  Kira-kira kita akan melawan ini tidak?

Selama 8 tahun Obama, semua dasar-dasar sosialisme modern Amereka mendapatkan posisi legal.  Demoralisasi Amerika sejak era Hipis 1960 akhirnya memuncak diera Obama-Biden.  Plan yang seharusnya terjadi adalah, Hillary menyempurnakan plan besar membuat US menjadi Sosialis penuh, dan seluruh yang berbau Judeo-Christianity dihapuskan.  Tapi, Trump hadir 2016, out of nowhere.  Merusak semuanya.

4 tahun terakhir, semua plan ideologis ini berantakan.  Dan, Trump dengan caranya yang aneh dan mungkin disebut ugal-ugalan, sehingga menjadi celah dalam karir politiknya (Mirip Ahok?)  mampu membangkitkan sel-sel nasionalisme Amerika yang tertidur lama.  74 Juta bukan jumlah yang ke Kecil.  Dan terlihat tidak terbendung.

Sensor dari para platform media, dikeroyok dua partai (termasuk partainya sendiri), sampai pengkhianatan Pence, dan banyak senator-senator yang dia bantu untuk dapat kursi, memperlihatkan bahwa Trump adalah sebuah anomali yang sangat menakutkan bagi status quo.

Apa Yang Kita Bisa Pelajari

Berbeda dengan kebanyakan, saya memilik sudut pandang sendiri dengan apa yang terjadi di Amerika.  Apa yag saya lihat sangat mengkhuatirkan. 

Gempuran ideologis liberal, humanis, yang sudah demikan mengglobal karena kekuatan modal sudah sampai di Indonesia.  Bahkaan dari apa yang terlihat mata, ideologi ini sudah mampu memasuki relung-relung budaya populer Indonesia.  Bahkan diterima dengan gembira, dan sorak sorai.

Menentang arus memang tidak mudah, tapi semoga tulisan kecil ini menemukan destiny-nya.  Jangan sampai Indonesia harus membutuhkan "another Trump" yang harus melewati jalur yang tidak nyaman, demi untuk mempertahankan apa yang selama ini kita sebut akal sehat.

Saya tidak mau anak-cucu saya harus mengalami kegilaan masyarakat Amerika dimana untuk Amen harus disandingkan dengan Awomen. Dan itu tidak guyon tapi dilakukan di DPR/MPR.  Apakah dosa Trump terlalu besar untuk mengembalikan "Tuhan, Nasionalisme, dan kewarasan" ditengah-tengah masyrakaat yang sudah kehilangan akal sehat, karena politisi-politisi karir yang hanya jadi pion para pemodal besar?  Coba kita pikirkan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun