Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapakah Sebenarnya Penggerak Demo Anarkis Supir Taksii Konvensional?

24 Maret 2016   19:44 Diperbarui: 25 Maret 2016   02:24 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami kasih waktu Kemenkominfo 15 hari ya. Maaf, bukannya kami sombong atau apa, tapi kalau tidak (diblokir), akan kami duduki," ujar Cecep. (Sumber)

Cecep yang adalah mantan aktifis Forkot jelas bukan pemain baru. Bahkan seorang Ridwan Kamil pun siap dituntut PPAD dalam kasus pemukulan sopir angkot (Sumber). Ancaman yang hanya akan keluar apabila yakin dengan kekuatan yang dimilikinya.

***

Persaingan bisnis antara konvensional vs daring tetap harus diantisipasi pemerintah dalam hal ini Menkominfo, dan Menhub, dan jangan lupa Bekraf sebagai badan baru dibidang ini sebenarnya memiliki kepentingan untuk segera menutup "lubang kebjakan" ini. Jonan yang rupa-rupanya didukung PDI-P tidak bisa sekedar melempar bola ke Rudiantara.  Semua pihak harus duduk dan mulai membuat road map "digital ekonomi".  Lebih tepatnya, Indonesia membutuhkan National Digital Strategy (NDS).

Tapi, rakyat jangan gampang terpancing dan dibodohi kepentingan-kepentingan politik dibelakang insiden ini.  Sopir taksi konvensional maupun online adalah rakyat Indonesia yang harus dilindungi.  Tapi para politikus oportunis tidak memikirkan hal tersebut.  Yang dipikirkan adalah membuat gelombang dalam masyarakat dan mengendarai gelombang itu untuk kepentingan kelompok dan pribadi.

Suhu politik yang naik cukup tinggi di Jakarta harus selalu diwaspadai. Dengan gampang masyarakat akan tersulut apabila soal periuk nasi diikutkan. Dalam konteks kasus demo 22/3/16, memojokkan Bluebird bukanlah hal yang bijak. Puluhan ribu karyawan makan dari perusahaan ini. Apabila terkena imbas, maka Bluebird akan PHK banyak orang dalam waktu cepat akan muncuk masalah sosial. Dilain pihak, menolak Uber, Grabbike, Gojek adalah pertanda kebodohan jaman yang berulang.

Yang dibutuhkankan adalah keseimbangan dan keadilan sosial. Untuk itu, kepentingan politis harus dikesampingkan dan pembuat kebijakan harus segera duduk menutup lubang kebijakan ini sehingga anarkis-anarkis tidak akan menyusup menggunakan kesempatan.

 

Pendekar Solo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun