Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tolikara, Mencari VOICE di Antara NOISE Media

19 Juli 2015   16:34 Diperbarui: 19 Juli 2015   16:46 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba nama Tolikara jadi keren dan beken.  Kabupaten yang 'hanya' berpenduduk 54 ribua-an menjadi sorotan seantero Indonesia. Media sosial gaduh, bahkan wakil-wakil rakyat di Senayan ikut bernyanyi.  Mungkin di kabupaten ini internet sudah demikan cepat dan WIFI 24 jam sehingga semua berita jadi begitu cepat disebarkan.  Ataukah ada the invisible hands yang memang secara sistematis membuat kisruh Tolikara menajadi headline lebaran tahun ini?  Semuanya adalah mungkin.

Ketika tetua Kompasiana, Pepih Nugraha, mengeluarkan istilah Noise dan Voice saya mendapatkan pecerahan yang cukup dalam dari istilah ini.  Media sosial yang dulunya cuma dipandang sebagai Noise (kegaduhan) pelan tapi pasti mulai mendapatkan tempat menjadi Voice (suara yang diperhitungkan).

Mana versi Tolikara yang benar, semua media memiliki versinya masing-masing.  Begitu susahnya mencari Voice dari dari kisah ini. Versi yang di 'goreng' adalah pembakaran mesjid.  Konotasi dari pembakaran mesjid adalah isu SARA dan langsung ini menjadi 'meme' (ide yang ditularkan).  Dan polemik ini langsung di 'cut' dengan permintaan maaf dari PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia), bahkan oleh Jokowi.  Dan ini efektif untuk menghentikan provokasi, tapi tidak menjawab kebutuhan untuk mendapatkan Voice dan bukan cuma Noise.

***

Dari Facebook, seorang teman SMA yang sekarang melayani di gereja di Papua saya mendapatkan kepastian bahwa Presiden GIDI, Dorman Wambikmbo bisa dipercaya.  Sebab itu bagi saya pernyataan Dorman di SuaraPapua.com patut diperhitungkan sebagai Voice lebih dari media yang lain.  Voice ini yang sementara saya pegang, dan mengangap yang lain sebagai Noise dan terus melihat perkembangan.  

"Jadi saya mau tegaskan tidak benar masyarakat Tolikara, atau warga gereja GIDI melakukan pembakaran terhadap Mushola (seperti pemberitaan berbagai media massa di tingkat nasional), namun hanya beberapa kios yang dibakar pemuda, dan merembet hingga membakar Musolah karena dibangun menggunakan kayu, dan berhimpit-himpit dengan kios/rumah milik warga Papua maupun non-Papua, sehingga dengan cepat melebar dan terbakar."

(Dorman Wambikmbo, Presiden Sinode GIDI) - Sumber

Perkembangan selanjutnya seperti berikut :

Kompas - Staf Khusus Presiden Salahkan Pemkab dan Polisi Soal Insiden Tolikara

Detik -     Soal Tolikara, Jimly: Kalau Tidak Paham, Pejabat itu Lebih Baik Diam

Merdeka - Jimly Asshidqie yakin insiden di Tolikara bukan konflik Agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun