Menuliskan tulisan ini sebagai pendukung Jokowi, dan kristen sebenarnya bisa dianggap subyektif.  Tapi soal niat dan hati hanya Tuhan yang bisa melihat.  Preferensi pribadi  memang tidak mendukung partai agama, meskipun itu partai kristen seperti mendiang PDS (Partai Damai Sejahtera), karena tidak sesuai dengan pemikiran teologi penulis.
Karena penulis tidak mengerti agama orang lain, maka lebih baik istilah-istilah Partai Terbuka, Partai Nasional, Partai Islam, Partai Berbasis Massa Islam segera di klarifasikan ke masyarakat umum. Â Jangan sampai isu agama dipakai untuk mencari dukungan sesaat.
Konstituen "agama lain" Â yang berpotensi menjadi korban kampanye dan marketing politik yang ngawur bisa tersakiti. Â Dan ini tidak baik untuk tenun kebangsaan yang sedang dibangun bersama. Â Dalam konteks itu dan dalam semangat kebhinekaan, biarlah artikel ini bisa sedikit urun rembug menuju Indonesia yang lebih baik.
Bersamaan dengan memperingati RA. Kartini, mungkin kalimat mendiang sangat tepat menyimpulkan kegundahgulanaan penulis di artikel ini.
[caption id="attachment_304132" align="alignnone" width="526" caption="indocropcircles.wordpress.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H