Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suharto Membuat Hidupku Seperti Truman Show!

7 Juni 2014   19:12 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:49 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Truman Show - imgur.com
Bagi para pencari kebenaran (the seeker), kebohongan adalah dosa terbesar.   Kebenaran adalah harta terbesar yang dipunyai para pencari arti kehidupan.   Lahir dari keluarga yang biasa-biasa, kemudian cukup berada di kota Solo, tidak membuat saya puas.

Saya terus mencari sebab mengapa saya dikatain cina-cina padahal saya orang Indonesia.  Mengapa saya harus membuat SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan Indonesia) sementara teman-teman saya yang lain tidak. Banyak pertanyaan yang menghantui. Saya putuskan untuk terus mencari.

Sekolah di SMP Negeri 10 Surakarta, saya merasa sangat terasing karena hanya ada dua orang cina disitu.  Untuk keluar kelas pun saya sempat taku. Tapi kemudian hidup di komunitas plural itulah yang banyak mempengaruhi pencarian saya akan arti keIndonesiaan saya.  Ternyata semua manusia sama.  Mulai menemukan arti.

***

Sekolah, Gereja, dan Rumah adalah tiga tempat terfavoritku.  Suka belajar, suka melayani, dan suka nyantai dirumah.  "Hang out" dan dolan pun tidak begitu menarik hati saya.  Internet belum ada.  Buku-buku, koran dan piano pun menemani aku di rumah. Distitulah saya temukan artikel lama dari mendiang Gus Dur "Beri Jalan Kepada Orang Cina" Hati saya mulai bergolak.  Siapakah saya sebenarnya, Cina atau Indonesia?

Sementara itu sebagai pemain musik, Tuhan memberikan rahmat lagu-lagu yang anehnya soal Indonesia.

Dari Kami Untuk Indonesia

Doa Kami Untuk Indonesia

Hidup Kami Untuk Indonesia

Tangis Kamu Untuk Indonesia

(Cuplikan salah satu lagu lama yang masih saya ingat)

Hati ini semakin berapi-api untuk mencari arti semuanya.  Tidak ada satu pun di keluarga yang pernah bicara politik, sosial, nasionalisme dsb.  Semua hidup normal sebagai pedagang, aktifis gereja, dan berusaha jadi "orang baik"

***

Ketika akhirnya harus ke Jogja untuk menyelesaikan S1 di YKPN, ada satu peristiwa yang tidak akan saya terlupakan. Satu teman kampus yang satu tim dalam mengerjakan sebuat paper bertanya suatu pertanyaan yang mencengangkan:

Teman : "Han, kamu ini keturunan cina bukan sih?"

Saya: "Hah? kenapa kamu tanya seperti itu, aku kan sipit seperti ini?"

Teman: "Ya karena kamu beda dari teman-teman cina mu yang lain.  Kamu koq mau bergaul dengan kami"

Saya: "Lho kenapa koq bisa berfikir sepert itu, kita kan semua manusia yang sama mengapa harus dibedakan"

Teman: "Kami mengamati kamu cukup lama, kami lihat kamu beda"

Dikemudian hari saya baru tahu bahwa "kami" yang disebut ini adalah kelompok radikal yang agak tidak menyukai Cina dan Kristen.   Mataku mulai terbuka.

Akhirnya, 1996 saya berangkat merantau mencari ilmu di US.  Di kota Bostonlah, semua "kebohongan" yang selama ini di ajarkan Suharto mulai  saya mengerti.  Di Indonesia waktu itu hanya adalah TVRI, Sinar Harapan yang saya sukai sudah di breidel.  Monitor yang selalu saya baca, sudah almarhum.  Tapi di luar sana, semua informasi yang selama ini tidak pernah disebutkan mulai bisa saya dapatkan. Kebenaran yang memerdekakan.

***

Nama Wiji Thukul, teman sekotaku yang sampai hari ini hilang baru aku kenal di negeri orang.  Malu sekali saya.  saya merasa seperti hidup dalam Truman Brubank di Truman Show Movienya Jim Carey.  Semua yang saya baca, semua yang saya lihat, semua yang saya rasakan adalah KEBOHONGAN.  Film G 30s PKI yang setiap tahun harus dilihat,Dunia dalam Berita setiap jam 9 malam, bahkan si Unyil adalah bagian dari kebohongan-kebohongan.  Bisakah saya tidak marah?

Ketika 1998 akhirnya terbongkan Macan Asia itu cuma kebohongan semata, karena apa yang di sebut buble economy. Korupsi yang terpusat ala mafia yang ditutup rapi dalam sebuah pertunjukan munafik, membuat saya dan puluhan juta "Truman-Truman" yang lain berteriak sukcatita ketika 20 Mei 1998 "sang pembohong" dipaksa turun tahta. Reformasi!

Sekarang setelah masa transisi panjang selama 16 tahun, Suharto si pembuat reality show ratusan juta penduduk Indonesia hendak di anugerahi Pahlawan Negara.   Bahkan di sanjung-sanjung bak dewa dan Tuhan.  Piye enak jamanku katanaya?  Kebohongan dan kejahatan yang tidak pernah bisa saya bayangkan.

***

Bagi pencari arti kehidupan, hidup sukses dan hidup nyaman secara materi bukanlah tujuan.  Secara materi dan bisnis, saya akan memilih hidup di jaman kebohongan Suharto, karena orang bodoh lebih banyak.  Cari uang asalkan dekat penguasa lebih gampang.

Kalau saya harus memilih untuk hidup bagi saya sendiri dan untuk keluarga sendiri, hidup jaman kebohongan lebih menjanjikan.  Tapi saya mengerti sekarang mengapa Tuhan menetapkan saya sebagai orang Cina (atau china, atau tionghoa tidak pengaruh) di Indonesia.   Karena Tuhan mau saya menyuarakan kebenaran ini, "Jangan bodohi kami lagi!"

Itulah sebabnya saya TIDAK MUNGKIN memilih capres yang bangga dengan jaman kebohongan! Jokowi adalah harapan saya untuk melihat kebenaran menjadi budaya di Indonesia. Ora Et Labora,Jokowi For President!



Pendekar Solo

Catatan Kaki



  • Truman Burbank is a normal man, living in a normal town. He grew up to be a desk clerk for a insurance company, living an ordinary life, having an ordinary wife, an ordinary neighbour and an ordinary bud, who pops in from time to time with a sixpack. But Truman is not happy with his life. He wants to see the world. He wants to get away from his happy-happy, ever tidy, nice'n'shiny little island town at the seaside. In reality, Truman was an unwanted pregnancy. His "father", Christof, a reckless TV-Producer whom he never met, made up the Truman Show - the greatest show on earth - a show in which life is live. So, everyone around poor Truman is an actor with a little headphone in the ear. One day, Truman accidentally bumps into a catering area backstage and gets pretty suspicious. His plan now is: Pretend to be sleeping and steal away...

    - Written by Julian Reischl

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun