Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik

5 Parameter Menilai Hasil Debat Presiden Secara Obyektif

16 Juni 2014   20:59 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:29 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ronde kedua dari debat presiden sudah berlalu.   Banyak catatan menarik dari dua kubu, dan seperti biasa masing-masing merasa menang.  Ada mengatakan juga draw.  Polemik itu menjadi tidak menarik lagi untuk diulas, karena masing-masing memiliki kacamata yang berbeda.

Tapi menarik di catat ternyata menilai hasil debat secara obyektif bukanlah hal yang mudah.  Parameter apa yang harus dipakai untuk menilai hasil sebuah debat?  Saya mengembangkan 5 parameter yang menurut saya bisa dipakai untuk menjadi alat ukur obyektif debat presiden.

Meskipun dengan alat ukur yang sama, saya yakin subyektifitas tetap akan ada.  Its okay! Paling tidak kita mulai belajar menjadi pendukung yang rasional dalam mendukung calon kita masing-masing.

Lima Parameter Penilaian Debat Presiden

#1 Presuposisi

Presuposisi adalah latar belakang berfikir sebuah pernyataan.  Orang yang rasional akan terbiasa membaca presuposisi.  Dalam konteks Jokowi vs Prabowo, presuposisi yang saya tangkap adalah Jokowi menawarkan pendekatan humanis (orangnya), Prabowo lebih menekankan pendekatan ideologis (nasionalisme).

Sebab itu Jokowi akan selalu dari "apa kata rakyat" sehingga selalu menekankan arti "kebutuhan rakyat" Sedangkan Prabowo akan menekankan pada penafsiran arti nasionalisme itu apa.  Ingat fasisme juga bicara soal nasionalisme, chauvinisme juga.  Nasionalisme yang seperti apa yang sedang diusung?

#2 Esensi

Pernyataan-pernyataan selalu ada esensinya.  Bukan sekedar redaksi.  Kasus istilah TPID misalnya. Esensi pertanyaan tersebut bukan hanya disingkatannya tapi juga pesan yang mau disampaikan bahwa #JokowiTelahBekerja danPrabowo baru akan.  Di lain pihak, pertanyaan Prabowo ke Jokowi tentang kontrak esensinya hendak membangun opini "saya berani menghadapi asing".

Keduanya valid menurut saya, tinggal rakyat memilih mau yang bekerja atau mau yang senang perang. Jadi menyalahkan Jokowi dengan pertanyaan TPID   jelas tidak pas.  Ingat ini DEBAT, bukan lagi brainstorming.  Masing-masing sudah siap dengan amunisi pertanyaan dan memang didesain untuk memperlihatkan kekuatan sendiri, dan kelemahan lawan.

#3 Substansi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun