Jalanan kini gemerlap, dengan kelap-kelipnya cahaya, yang bergantung di setiap tiang-tiang pemandu.
Jakarta telah menyambut, jelang kehidupan yang tak pernah mati dikala gelap.
Kurengkuh sebuah tas tangan dalam dekap, mengeratkan jari-jemari gemetaran, kuraih telepon genggam dalam saku blazer, lalu kupijitkan sebuah nomor, namun sayang..., tak ada sahutan disana, yang ada hanyalah bunyi-bunyi ketakutan
Larik-larik pandangan mengabur, setirai gerimis telah mengantungi mata, siap untuk diluruhkan.
Jawaban tak bersuara, dihati menyekat sebuah tangis yang siap meluap, ledakan rasa yang menghujani paras pias ditepi jalanan menggilas.
Setangkai mawar yang mekar, kini mulai mengering layu, dalam pelukan rahasia hati yang terkulai, duri-duri kini mengoyaknya dan melukai.
INIKAH JAWABAN YANG TERSIMPAN?#
JAWABAN...angin kepada rindu
Gerimis mulai membasuhi, pandangan berkabut pun kini mengitari, pasungkan hati dalam beranda dingin, alamanak pun berganti,
Rindu yang melahap sebagian rasa, menjadikannya biru-haru yang membelenggu.
Benalu hati yang keliru, dimana perasaan menjadi parasitnya.
Jam berbunyi gaduh, dentangnya merobek malam yang semakin pekat, aku disini terbaring dalam sebuah kamar kecil tempatku bernaung, dari teriknya panas dan hembusannya angin hujan.