Baliho 1: "Coblos Brengose" (Magelang) Â
Perspektif Teori Kampanye:
 Baliho ini menggunakan humor ("Coblos Brengose") sebagai daya tarik utama. Strategi ini sesuai dengan teori kampanye yang menekankan pentingnya pesan yang relatable dan berbasis budaya untuk menarik perhatian audiens lokal. Slogan "SATRIA" (Satu Tujuan Tri Amanah) memberikan narasi moral yang mendukung citra kandidat sebagai pemimpin berintegritas. Humor dalam slogan adalah bentuk soft appeal, menciptakan kesan ramah yang dapat memicu kedekatan emosional dengan pemilih. Pesan ini juga menggunakan simbol sederhana (kumis/brengos) yang mudah dikenali dan diingat.
Perspektif Propaganda:
Baliho ini menggunakan simbol visual dan verbal yang tidak kompleks (kumis dan humor). Menurut teori propaganda, hal ini termasuk dalam teknik simplifikasi, di mana pesan dibuat singkat, unik, dan mudah diterima oleh masyarakat. Simbol kumis diasosiasikan dengan kandidat, menciptakan pengingat visual yang kuat. Hal ini sesuai dengan prinsip identifikasi propaganda, dimana ciri unik kandidat menjadi alat pembeda dari pesaing.
 Baliho 2: "Ngopeni lan Ngelakoni" (Jogja) Â
Perspektif Teori Kampanye:
Baliho ini mengandalkan gambar presiden ke-7 (Joko Widodo) dan ke-8 (Ganjar Pranowo), memanfaatkan prinsip endorsement dalam teori kampanye. Kandidat diharapkan mendapat legitimasi dari afiliasi dengan tokoh nasional. Slogan "Ngopeni lan Ngelakoni" memberikan pesan yang konkret tentang kerja nyata dan keberlanjutan program. Baliho ini dirancang untuk menyampaikan pesan yang lebih rasional (keberlanjutan) dengan elemen emosional (kedekatan dengan tokoh nasional).
Perspektif Propaganda:
Baliho menggunakan gambar tokoh populer (presiden) untuk menciptakan efek bandwagon (ikut arus), di mana pemilih merasa bahwa mendukung kandidat adalah bagian dari gerakan yang lebih besar. Hal ini memperkuat citra bahwa kandidat adalah bagian dari kesinambungan pemerintahan nasional. Kehadiran foto tokoh nasional adalah bentuk propaganda testimonial, di mana citra dan popularitas tokoh tersebut diharapkan berpindah ke kandidat. Propaganda ini juga memanfaatkan teknik transfer, mengalihkan nilai-nilai positif (seperti kerja keras dan keberhasilan) dari tokoh nasional ke kandidat lokal.
Hubungan Kedua Baliho dengan Teori Komunikasi Integrasi Informasi (IIT)
Teori Integrasi Informasi (Information Integration Theory) menjelaskan bagaimana individu memproses dan menggabungkan informasi dari berbagai sumber untuk membentuk sikap atau keputusan.
1. Integrasi Informasi Lokal dan Nasional
  - Baliho 1: Menggunakan pendekatan lokal dengan humor budaya ("Brengose") yang relevan dengan audiens Magelang, menguatkan local identification.
  - Baliho 2:Mengintegrasikan konteks nasional melalui referensi presiden, memberikan bobot kredibilitas tambahan untuk audiens Yogyakarta.
2. Bobot dan Valensi Informasi
  - Informasi di Baliho 1 (kata humor dan nilai moral "SATRIA") memberikan kesan positif pada audiens dengan penekanan budaya lokal. Informasi di Baliho 2 (figur nasional) memberikan valensi positif dengan fokus pada kesinambungan dan aksi nyata.
3. Efek pada Sikap dan Perilaku Pemilih
  - Pemilih Magelang cenderung terpengaruh oleh kedekatan budaya dan kesan lucu yang membangun kedekatan emosional. Pemilih Jogja lebih mungkin dipengaruhi oleh kredibilitas eksternal (afiliasi dengan tokoh nasional) dan kejelasan visi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H