Jika sekarang bulan puasa sudah hampir berakhir. Lebaran sudah semakin mendekat. Mudik merayakan Idul Fitri sudah dimulai hari-hari ini. Infrastruktur megah nan bermanfaat yang sudah dikebut Jokowi dan segenap jajarannya mulai dibutuhkan di sini.Â
Sangat dibutuhkan untuk kelancaran dan kenyamanan para pemudik yang tak sedikit jumlahnya. Mengingat hari raya Idul Fitri adalah hari raya umat mayoritas di Indonesia yang sangat dinanti-natikan, geliatnya jelas sangat terasa tak seperti hari raya lainnya. Belum lagi para turis domestik dan manca negara yang pergi berlibur memanfaatkan liburan panjang yang ada. Semuanya tumplek blek di jalan. Dari tahun ke tahun penyakitnya ya macet lagi macet lagi.
Yang inilah, yang itulah padahal sumber data dan informasinya tidak jelas. Dasar mereka mengkritik Jokowi justru dari ucapan provokasi yang dilancarkan pihak lawan politik Jokowi. Salah satunya Mardani Ali Sera, Ketua DPP PKS.
Coba bayangkan. Pantaskah seorang anak bangsa yang mengaku cinta pada negaranya??? Sementara dengan mata kepalanya sendiri Mardani bisa menyaksikan betapa majunya pembangunan yang sudah dilakukan Jokowi beserta jajarannya. Tak ada sedikitpun penghargaan dari seorang Mardani untuk Jokowi, Presiden yang sah di negara ini. Mardani malah memecah belah rakyat untuk ganti Presiden sebelum waktunya. Benar-benar kurang ajar.
Lucunya, saat simpatisan Jokowi sibuk memasang spanduk bertuliskan 'Jalan Tol Pak Jokowi' dalam moment mudik lebaran kali ini, sebagai salah satu wujud kekesalan pada aksi nyinyir yang selalu dipertontonkan Mardani dan kroni-kroninya, Mardani pula yang protes paling kenceng.
"Iya tol itu bukan tol Pak Jokowi, itu tolnya rakyat. Karena dibangun sama rakyat. Jadi nggak kenapa-kenapa, kita masuk tol bayar kan," kata Mardani, Sabtu, 9 Juni 2018.
Rakyat yang tak tahu malu dan tak tahu berterima kasih tentunya. Itulah kalian. Dengan dalih karena masuk tol kan bayar, Mardani merasa menjadi bagian dari rakyat yang memiliki infrastruktur-infrastruktur yang dinyinyirinnya sendiri.
Pernyataan di atas agaknya merupakan refleksi kegetiran, karena barangkali di hati kecilnya mengaku ada sikap yang kontradiktif di pihaknya. Menentang penggelaran infrastruktur oleh pemerintah, tetapi mereka turut pula ingin menikmati hasilnya. Tidak keliru juga jika dikatakan tolnya rakyat, sebenarnya yang menjadi pangkal masalah, kenapa hal-hal positif yang sedang dilakukan pemerintah, terus-terusan diganggu, seolah-olah pemerintah telah mencederai aspirasi rakyat.
Jika sikap mengganggu itu tetap digaungkan kepada pemerintahan yang memiliki legitimasi, dan pada saat yang sama turut larut menikmati hasilnya bersama masyarakat pendukung pemerintah, apakah salah kalau dikatakan tidak tahu berterima kasih?Â
Rasa berterima kasih itu bukan karena biaya pembangunan dirogoh dari kocek pribadi Presiden, namun sebaliknya justru jika gangguan yang kerap disuarakan itu tidak terjadi lagi, cukuplah sebagai pertanda terima kasih.
Barangkali oposisi ingin mengatakan tulisan itu harusnya tidak dipasang sebelum masa kampanye, protes itu tidak mungkin pula mereka keluarkan mengingat justru merekalah yang memulainya. Bahkan dengan kalimat yang mengandung provokasi, dan mengambil momentum mudik lebaran pun, mereka memiliki muatan kampanye yang tidak kalah provokatif, yakni membunyikan klakson mobil "tolilet" kepada para pendukungnya.
Lebih jauh spanduk itu juga sebagai jawaban kepada kritikan oposisi yang mengatakan pemerintah jangan terlalu fokus kepada pembangunan infrastruktur. Barangkali pendukung Jokowi ingin mengirim pesan, inilah yang sedang kita nikmati, yakni pembangunan yang telah mengganggu rasa aman oposisi, ternyata kita sama-sama nikmati. Lewat Kantor Staf Presiden, Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP, Eko Sulistyo, Jokowi menegaskan bahwa tol yang dibangun tersebut diperuntukkan bagi semua masyarakat tanpa melihat perbedaan pandangan politik.
Saya tidak ingin masuk dalam perdebatan bagus tidaknya spanduk seperti itu. Di sini saya ingin memaparkan beberapa alasan yang jauh lebih inovatif, yakni larangan kader dan simpatisan PKS lewat jalan tol Jokowi.
Pertama, kamu tahu dulu yang nyinyir bahwa pembangunan jalan tol itu tidak perlu? Bahkan PKS sempat menyebut bahwa pembangunan infrastruktur tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Intinya mereka cerewet sekali dengan pemerintahan Jokowi yang gencar membangun jalan tol, bendungan, bandara dan pelabuhan.
Larangan menggunakan infrastruktur yang dibangun Jokowi adalah cara kita menyadarkan manusia-manusia bebal model PKS. mereka harus tau bedanya ada tol dan tidak ada tol.Â
Mereka harus tau rasanya lewat jalan sempit dan macet, dengan lewat tol. Mereka harus tau kalau suatu daerah tidak ada bandara, mereka harus naik mobil melewati jalan-jalan kecil. Itu semua harus diarasakan oleh manusia-manusia PKS karena hanya dengan itulah mereka bisa sadar bahwa pembangunan infrastruktur itu penting. Jadi kalau mereka mau mengkritik, kritik saja kinerja yang lain, asal bukan infrastruktur. Sebab pembangunan infrastruktur ini sangat penting dan mendasar.
Tapi kalau mereka para manusia PKS ini merasa boleh melewati jalan tol Jokowi, memiliki hak yang sama, ya sudah biarkan saja lewat. Tapi sebelum masuk pintu tol, kita perlu pastikan bahwa mereka sadar. Tampar atau cubit. Kalau mereka kesakitan, berarti sadar. Supaya bisa merasakan pembangunan infrastruktur Jokowi dan nggak pura-pura lupa setelahnya.
Kedua, kamu tahu dulu mansia-manusia PKS kerap menyebut bahwa pembangunan infrastrktur itu milik asing, hutang asing dan seterusnya? lalu mengapa sekarang manusia-manusia bebal ini meras jalan tol yang dibangun Jokowi adalah hasil pajak yang mereka bayarkan?
Kita sudah mafhum bahwa dari dulu PKS selalu konsisten untuk tidak konsisten. Tapi, ya apa yang seperti ini mau dibiarkan? Jangan! Kita harus sadarkan manusia-manusia bebal ini. Kita harus larang mereka menggunakan infrastruktur yang dibangun Jokowi, karena itu adalah hasil hutang dan milik asing. Kita ajari mereka untuk konsisten dalam berpendapat dan ngebacot. Jangan pagi kedelai sore tempe. Pagi Maharani sore Neno. Eh nggak ada hubungannya ya? Ada lah dikit-dikit. Haha
Ketiga, kamu tau kalau selama ini manusia-manusia PKS ini melabeli dirinya sebagai partai Islam, partai dakwah, sehingga setiap orasi-orasi politiknya kerap menggunakan sentimen agama dan Islam. Bahkan kalau manusia akar rumputnya, mereka tak segan jualan kavling surga. Kalau tidak pilih calon dari pihaknya, masuk neraka.
Lalu sekarang Sohibul Iman si pimpinan PKS itu mau protes kavling tol Jokowi? pura-pura tertawa dan bertanya yang pasang spanduk punya otak atau tidak? Eh bung! Kalau kita kavling tol Jokowi, itu bukan karena memang Jokowi yang membangun, tapi karena kalian selama ini nyinyir dan menganggap tol itu tidak perlu. Menganggap infrastruktur milik asing. Menyebut bahwa pembangunan itu bukan dari pajak.Â
Kami ini para loyalis Jokowi hanya mau mengingatkan, hanya mau menampar keras cara berpikir kampret kalian yang selalu terbalik. Kalau kalian nggak nyinyir, kita sih asik-asik saja.
Kalian harus tahu gimana rasanya kalau dilarang masuk tol hanya karena urusan beda pilihan politik. Bandingkan dengan kami yang kalian anggap tidak boleh masuk surga hanya karena beda pilihan politik. Kenapa kalian bisa diam dan cenderung setuju saja melihat spanduk melarang jenasah dishalatkan di suatu masjid, melarang orang lain untuk shalat di suatu masjid hanya karena beda pilihan politik? sementara kami tak boleh bertindak hal yang lebih sepele dengan melarang kalian tidak melewati tol Jokowi?
Keempat, Melarang manusia-manusia PKS menggunakan tol Jokowi atau infrastruktur lainnya adalah cara kita melawan cara gila dengan cara gila. Supaya mereka mengerti. Sebab kalau kita hanya menginformasikan prestasi-prestasi Jokowi, mereka akan nyinyir. Ya sekali-kali kita beri pelajaran untuk tidak menggunakan segala pembangunan yang telah dilakukan Jokowi.
Anyway.....
Sebenarnya bahwa infrastruktur suatu negara ibarat kerangka tulang dalam tubuh manusia. Dan infrastruktur jalan raya, jalan tol, jalan nasional, jalan desa, ibarat tulang belakang, mulai dari tulang punggung dari pangkal kepala sampai tulang duduk. Dan kita semua tahu, jika tulang punggung tidak sempurna, atau jika tulang duduk rusak, maka si badan manusia sudah bisa dipastikan tidak bisa berjalan.
Berkendaraan jarak jauh, jika sebagian besar dari waktu dihabiskan hanya untuk parkir ditengah jalan, karena arus lalu lintas macet total, akhirnya kita pasti berpikir, "Naik pesawat terbang jatuhnya lebih murah karena perjalanannya singkat dan tidak melelahkan. TAPI KITA TIDAK BISA BAWA KELUARGA DAN BARANG-BARANG!!!'
Jadi, orang yang mengatakan bahwa infrastruktur jalan tol tidak berguna untuk rakyat miskin, hanya pemborosan anggaran dan hanya untuk mereka yang punya mobil, mereka tidak lebih dari orang yang IQ dan EQ nya jongkok !!! Memang bis angkutan penumpang umum antar kota yang mengangkut masyarakat yang tidak punya mobil pribadi, tidak akan pakai jalan tol?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H