Rasa berterima kasih itu bukan karena biaya pembangunan dirogoh dari kocek pribadi Presiden, namun sebaliknya justru jika gangguan yang kerap disuarakan itu tidak terjadi lagi, cukuplah sebagai pertanda terima kasih.
Barangkali oposisi ingin mengatakan tulisan itu harusnya tidak dipasang sebelum masa kampanye, protes itu tidak mungkin pula mereka keluarkan mengingat justru merekalah yang memulainya. Bahkan dengan kalimat yang mengandung provokasi, dan mengambil momentum mudik lebaran pun, mereka memiliki muatan kampanye yang tidak kalah provokatif, yakni membunyikan klakson mobil "tolilet" kepada para pendukungnya.
Lebih jauh spanduk itu juga sebagai jawaban kepada kritikan oposisi yang mengatakan pemerintah jangan terlalu fokus kepada pembangunan infrastruktur. Barangkali pendukung Jokowi ingin mengirim pesan, inilah yang sedang kita nikmati, yakni pembangunan yang telah mengganggu rasa aman oposisi, ternyata kita sama-sama nikmati. Lewat Kantor Staf Presiden, Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP, Eko Sulistyo, Jokowi menegaskan bahwa tol yang dibangun tersebut diperuntukkan bagi semua masyarakat tanpa melihat perbedaan pandangan politik.
Saya tidak ingin masuk dalam perdebatan bagus tidaknya spanduk seperti itu. Di sini saya ingin memaparkan beberapa alasan yang jauh lebih inovatif, yakni larangan kader dan simpatisan PKS lewat jalan tol Jokowi.
Pertama, kamu tahu dulu yang nyinyir bahwa pembangunan jalan tol itu tidak perlu? Bahkan PKS sempat menyebut bahwa pembangunan infrastruktur tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Intinya mereka cerewet sekali dengan pemerintahan Jokowi yang gencar membangun jalan tol, bendungan, bandara dan pelabuhan.
Larangan menggunakan infrastruktur yang dibangun Jokowi adalah cara kita menyadarkan manusia-manusia bebal model PKS. mereka harus tau bedanya ada tol dan tidak ada tol.Â
Mereka harus tau rasanya lewat jalan sempit dan macet, dengan lewat tol. Mereka harus tau kalau suatu daerah tidak ada bandara, mereka harus naik mobil melewati jalan-jalan kecil. Itu semua harus diarasakan oleh manusia-manusia PKS karena hanya dengan itulah mereka bisa sadar bahwa pembangunan infrastruktur itu penting. Jadi kalau mereka mau mengkritik, kritik saja kinerja yang lain, asal bukan infrastruktur. Sebab pembangunan infrastruktur ini sangat penting dan mendasar.
Tapi kalau mereka para manusia PKS ini merasa boleh melewati jalan tol Jokowi, memiliki hak yang sama, ya sudah biarkan saja lewat. Tapi sebelum masuk pintu tol, kita perlu pastikan bahwa mereka sadar. Tampar atau cubit. Kalau mereka kesakitan, berarti sadar. Supaya bisa merasakan pembangunan infrastruktur Jokowi dan nggak pura-pura lupa setelahnya.
Kedua, kamu tahu dulu mansia-manusia PKS kerap menyebut bahwa pembangunan infrastrktur itu milik asing, hutang asing dan seterusnya? lalu mengapa sekarang manusia-manusia bebal ini meras jalan tol yang dibangun Jokowi adalah hasil pajak yang mereka bayarkan?
Kita sudah mafhum bahwa dari dulu PKS selalu konsisten untuk tidak konsisten. Tapi, ya apa yang seperti ini mau dibiarkan? Jangan! Kita harus sadarkan manusia-manusia bebal ini. Kita harus larang mereka menggunakan infrastruktur yang dibangun Jokowi, karena itu adalah hasil hutang dan milik asing. Kita ajari mereka untuk konsisten dalam berpendapat dan ngebacot. Jangan pagi kedelai sore tempe. Pagi Maharani sore Neno. Eh nggak ada hubungannya ya? Ada lah dikit-dikit. Haha
Ketiga, kamu tau kalau selama ini manusia-manusia PKS ini melabeli dirinya sebagai partai Islam, partai dakwah, sehingga setiap orasi-orasi politiknya kerap menggunakan sentimen agama dan Islam. Bahkan kalau manusia akar rumputnya, mereka tak segan jualan kavling surga. Kalau tidak pilih calon dari pihaknya, masuk neraka.