Hampir dipastikan, apapun yang dilakukan serta kebijakan apapun yang dikeluarkan oleh pemerintah saat ini akan langsung dinyinyiri oleh Fahri Hamzah. Seolah-olah, tidak ada satupun hal yang dilakukan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dianggap benar oleh Fahri. Semua yang terkait dengan pemerintah dianggap luput oleh Fahri. Sepertinya, Fahri merasa hanya dirinya yang paling tahu tentang segala hal yang terjadi di Indonesia.
Ketika yang dikritik Fahri adalah seputar kebijakan atau program pemerintah, saya kira masih mendingan, karena posisi Fahri sebagai oposisi meskipun kritikan yang disampaikan Fahri tidak nyambung, tanpa adanya solusi alternatif, dan seperti hanya ingin menyudutkaan pemerintah. Namun ketika yang dikritik oleh Fahri adalah sesuatu yang telah menghilangkan nyawa manusia, saya kira ini sudah sangat keterlaluan.
Presiden Jokowi secara tegas mengultimatum DPR agar segera merampungkan revisi UU Anti Terorisme. Jika tidak segera dirampungkan, Jokowi mengancam akan mengeluarkan Perppu. Ancaman Jokowi kemudia direspon cepat oleh DPR dan akhirnya revisi UU Anti Terorismeisme rampung dan disahkan. Konsekuensi logis dari disahkannya UU Anti Terorisme, polisi dan Densus 88 berhak untuk menangkap orang-orang yang dicurigai hendak melakukan aksi teror.Â
Fahri adalah salah satu anggota DPR yang ikut mengesahkan UU Anti Terorisme tersebut. Saya kira Fahri tidak hanya mengesahkan UU Anti Terorisme, tapi paham terhadap konsekuensi logis, setelah UU tersebut disahkan. Namun, entah kenapa, Fahri Hamzah sepertinya lupa bahwa dirinya adalah salah satu orang yang telah mengesahkan UU Anti Terorisme. Fahri sepertinya amnesia, atau memang sengaja lupa sehingga kemudian nyinyir terhadap aksi Densus 88 melakukan penggeledahan di salah satu kampus di Riau.
Jangan sampai ketiga kali, ancaman teroris untuk mengebom Gedung DPR RI itu bukan bercanda atau main-main. "Rencananya, MNZ (alumni Unri) ingin melakukan serangan di kantor-kantor pemerintah, yakni di DPR RI dan DPRD," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto melalui pesan singkat, Sabtu malam.
Anggota dewan terhormat di DPR MPR jangan mengira bisa tenang-tenang lagi kalau ngantor saat ini. Teroris selalu menjadikan gedung DPR RI sebagai salah satu sasaran favoritnya! Makanya jangan tidur nyenyak kalau sidang, tahu-tahu terjadi sesuatu kan nggak sempat menyelamatkan diri. Tercatat, sudah dua kali Densus 88 berhasil menggagalkan aksi para teroris yang sudah memasukan DPR RI di Senayan sebagai target utama mereka. Aksi pertama untuk mengebom DPR MPR adalah awal Januari 2016, anggota teroris Thamrin si Dodi Suridi cs sudah merencanakan dengan matang, apa daya dalam eksekusi lapangan berubah target.
Pengakuan Dodi Suridi ini muncul saat dihadirkan dalam persidangan terdakwa bom Thamrin, Aman Abdurrahman alias Oman Rochman yang baru divonis dan dijatuhi hukuman mati ini. Dalam kesaksiannya Dodi menyayangkan lokasi terjadinya bom Thamrin yang tidak sesuai dengan target ledakan.
"Ya ngebom DPR dan MPR baru benar bukan Polsek atau Starbucks, kalau saya mah bomnya di MPR dan DPR," ucap Dodi di pengadilan saat ditanya jaksa pada 9 Maret 2018 lalu.
Kembali ke teroris Riau, menarik sekali untuk menelusuri alasan mengapa dirinya mau mengebom DPR MPR ini. Dan jangan dianggap remeh karena bomnya kali ini adalah jenis bom yang levelnya mengerikan, yaitu jenis bom 'mother of Satan'! Bom jenis ini dipakai dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya waktu lalu. Bom jenis TATP (triaceton triperoxide) yang dijuluki 'The Mother of Satan'. TATP merupakan bom kimiawi yang memiliki daya ledak tinggi.
Fahri Hamzah masih saja protes berat dengan aksi Densus yang bersenjata saat menggeledah kampus Unri guna menciduk teroris! Densus pasti tak asal mengerebek karena mereka memiliki informasi yang valid dan akurat. Bukannya bangga atau minimal maklum dengan aksi Densus 88, yang ada Fahri justru nyinyir. Padahal, aksi Densus 88 melakukan penggeledahan adalah konsekuensi logis dari disahkannya UU Anti Terorisme, dimana Fahri adalah diantara orang yang mengesahkan UU tersebut.
Fahri Hamzah menuliskan kritikan tajam kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal isu teroris masuk kampus. Fahri Hamzah menilai bahwa tindakan densus 88 yang membawa sejata laras panjang untuk mengeledah kampus merupakan tindakan tidak etis. Menurut Fahri, seharusnya kampus harus dibiarkan terus tumbuh secara intelektualitasnya.
Berikut sebagian cuitan Fahri Hamzah soal kritikan terhadap aksi Densus 88:
Pak @jokowi,
INI JANGAN DIBIARKAN,
KALAU SENJATA LARAS PANJANG SUDAH MASUK KAMPUS,
KITA TELAH KEMBALI KE ZAMAN BATU! Mungkin bapak tidak pernah menjadi aktifis. Maka bapak biarkan kejadian ini. Ini perang dengan mahasiswa!!
Ini sebenarnya soal Diameter ukuran otak pemerintahan dan presidennya. Tidak lebih. Presiden @jokowi tidak punya kemampuan memahami kompleksitas Indonesia. Itu masalahnya. Dan otak mini sekarang jadi wabah. Menjalar ke mana-mana. #SaveKampus #SaveUNRI.
Kalau musuh pak @jokowi dia akan dorong represi kepada kampus yang lebih ganas dari era orde baru seperti sekarang ini sehingga tak ada 1 pun kampus yang akan mau menerima preaiden lagi. Bagus! Tapi Sadarkah bahwa negara sedang merusak mimbar akademik kita? #SaveKampus.
Harusnya Fahri mengapresiasi tinggi serta bersyukur dan berterima kasih pada Densus 88 yang sudah menyelamatakan dirinya dari aksi teroris Unri ini. Densus secara cepat mencokok 1 alumni Universitas Riau (Unri) yang sudah menyiapkan 4 bom siap pakai dan siap ledak ini.
Lihat saja sikapnya Fahri maupun PKS pada saat kejadian di Mako Brimob, bom Surabaya, sampai soal penemuan bom dan sejumlah senjata di UNRI kemarin. Yang disalahkan tetap saja aparat. Nggak ada tuh mereka menyalahkan terorisnya sendiri. Entah karena tidak tahu, Fahri Hamzah seolah menggampangkan terorisme. Mungkin karena dialah salah satunya sehingga dia tidak rela kawan seperjuangannya ditangkap Densus 88. Kesimpulan ini tak bisa dihindari mengingat reaksi Fahri yang terkesan berlebihan dan melindungi teroris.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto menyebut tersangka berinisial MNZ (33) memiliki kemampuan membuat bom triacetone triperoxide (TATP) atau yang lebih dikenal sebagai bahan peledak Mother of satan. MNZ juga rajin nge-share di telegram cara pembuatan bom tersebut! Itu yang ketahuan, jangan-jangan masih ada stok amunisi yang disimpan dan belum ditemukan, kan mengerikan. Teroris selalu menghantui negeri ini dan anggota dewan siap-siap untuk menjadi sasaran utamanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H