“Waktu itu saya mendapatkan 700 biji pesanan untuk sebuah pernikahan. Saya bahkan lembur, lupa untuk beristirahat, dan makan. Jumlahnya sangat banyak tetapi waktu yang diberikan sangat tipis, saya hanya punya waktu sehari semalam untuk menyelesaikan pesanan tersebut,” ungkap Har Tati. “Bahkan keponakan saya, Erika membantu saya di hari terakhir untuk menggulung kulit,” lanjutnya.
Har Tati bahkan mengingat-ingat hari yang banyak orang akan pergi ke warung-warung untuk membeli jajanan pagi, karena jika ia tidak melakukan hal tersebut otomatis sosis ayam pedas nya akan sisa. Har Tati sadar, sebagai seorang penjual yang hasil penjualannya tidak selalu stabil ia harus memutar otak untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Ada waktu di saat mengambil kotak sosis saya di warung-warung, saya melihat makanan yang sisanya masih banyak, lebih buruk lagi ada yang masih utuh. Itu sangat disayangkan. Biasanya kalau sudah begitu akan dibagi-bagi ke orang-orang sekitar,” ungkap Har Tati.
Dari kisah perjuangan Har Tati tersebut kita dapat mengetahui bahwa pandemi Coved-19 sangat berpengaruh pada pendapatan ekonomi masyarakat, dari rendah, menengah maupun atas.
Walaupun begitu, Har Tati tidak lupa dengan protokol kesehatan, ia tetap menggunakan masker saat bekerja dan menjaga agar dagangannya tersebut tetap steril ia menggunakan pencapit untuk mengambil sosis ayam pedasnya tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H