Mohon tunggu...
Hanna Nabila Annas
Hanna Nabila Annas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa UMY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Har Tati: Penjual Sosis Ayam Pedas yang Berjualan di Tengah Pandemi Covid-19

28 Desember 2020   20:38 Diperbarui: 28 Desember 2020   20:56 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

YOGYAKARTA - Har Tati, seorang wanita berusia 46 tahun yang tinggal di Perumnas Condong Catur, Kecamatan Depok, Sleman adalah seorang penjual sosis ayam pedas. 

Kebiasaannya yang bangun jam 2 pagi untuk membuat sosis ayam pedas lalu menjual dagangannya ke warung-warung sudah digeluti kurang lebih selama 15 tahun. 

Har Tati tetap menjual dagangannya tersebut walau sedang pandemi Covid-19, jika ia tidak melakukan hal ini maka Har Tati pun tidak bisa makan. Awalnya Har Tati merasa sangat terpukul dengan adanya pandemi ini karena banyak orang yang tidak lagi memesan sosis ayam pedas nya tersebut, tetapi ia terus berharap pandemi akan semakin membaik dan kembali mendapatkan pesanan yang banyak.

Har Tati merupakan seorang wirausaha dari keempat saudarinya, sosis yang ia jual pun berbeda dari sosis pada umumnya yang biasa ditemukan di supermarket. 

Sebelum dapat dikatakan sosis seutuhnya Har Tati harus terlebih dahulu membuat kulit yang terbuat dari campuran telur, tepung, sedikit minyak dan air, setelah itu dipanggang di atas teflon bulat yang diberi margarin, jika kulit sudah masak dapat menggulung nya dan tidak lupa diberi isi ayam pedas dan biji wijen, langkah terakhir adalah menggoreng sosis yang dicelupi telur ke dalam minyak goreng. 

Har Tati tidak pernah menggunakan minyak goreng berulang-ulang kali, inilah nilai posif tadi penjualan sosis nya, sebelum menggoreng pun ia selalu menggunakan masker, dan memindahkan sosis ke kotak untuk di jual tidak pernah pakai tangan, ia menggunakan pencapit.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
“Sosis yang saya jual ini adalah sosis resep Belanda, namun sedikit saya ubah untuk menyamakan lidah orang Indonesia, sebab itu berbeda dari sosis kebanyakan yang dijual di pasaran, rasanya pun berbeda. Sebelum pandemi, banyak pesanan yang saya kantungi ditambah lagi kalau sosis yang saya titipkan di warung-warung habis sehari mungkin bisa sampai 200 ribu, itu pun sudah Alhamdulillah. Banyak orang yang suka dengan sosis ayam pedas yang saya buat, saya juga pernah mendapat pesanan dari sebuah hotel sebelum pandemi menyerang, ” ungkap Har Tati.

Awal bulan adanya pandemi Har Tati bahkan tidak mendapat pesanan satu pun. Untungnya Har Tati bekerja sendirian tanpa harus dibantu orang apa lagi merekrut karyawan, jadi setidaknya hasil penjualan yang dititipkan di warung-warung tidak harus ia bagi-bagi. Hasil penjualan di awal-awal pandemi hanya cukup untuk makan dan membeli bahan-bahan membuat sosis ayam pedas.

Meskipun pendapatannya menurun ia tetap menabung untuk keadaan genting atau sangat dibutuhkan dan terbilang mengirit-irit jajanan. “Keponakan saya, Yasmin yang umurnya masih lima tahun itu sangat suka ikut saya belanja tepung sama telur waktu malam-malam ke warung. Biasanya di awal-awal dia bilang hanya jajan satu saja tetapi saat sudah sampai warung kata-kata itu berubah. Yahhh… namanya anak kecil mau bagaimana lagi, besok-besok saya tidak mau dia ikut,” kata Har Tati dalam wawancaranya.

Tetapi, itu tidak berkunjung lama, mendekati akhir tahun banyak orang-orang yang berani membuka usahanya lagi, lalu ada juga yang berani melakukan pernikahan kecil-kecilan. 

Karena hal tersebutlah Har Tati kembali mendapatkan pesanan untuk pertama kalinya, ia merasa sangat senang dan bersyukur. Mendapat pesanan berarti tidak ada satu pun yang tidak terjual habis, tidak saat menitipkan nya di warung-warung, terkadang habis semua terkadang sisa banyak, maka dari itu keuntungan lebih besar saat mendapatkan pesanan, masalah dimakan atau tidaknya itu urusan mereka, demikian hal yang diungkapkan Har Tati.  Ia jadi merasa masa pandemi ini tidak terlalu buruk baginya dan penjualannya. Bisa dikatakan perolehan hasil penjualan sosis ayam pedas nya semakin lama semakin meningkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun