Mohon tunggu...
Lia Hana
Lia Hana Mohon Tunggu... Bidan - Bidan yang Hobi Nulis

Berbagi bagaimana menjaga kesehatan anak supaya optimal

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai Stunting dan Ketahui Cara Mengatasinya

27 Juni 2019   11:33 Diperbarui: 27 Juni 2019   11:56 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Miris sekali jika Anda tahu berapa angka anak yang mengalami stunting di Indonesia. Menurut data, tahun 2019 ini, masih ada sekitar 7 juta balita yang mengalami stunting. Kurangnya kesadaran untuk memberikan susu pertumbuhan anak menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Tentu bukan hanya susu saja. Bagaimanapun juga, susu bukan sumber nutrisi utama. Makananlah yang menjadi sumber nutrisi utama balita. Namun, peran susu untuk pertumbuhan anak cukup signifikan. Makanya, banyak yang beranggapan kurangnya kesadaran orang tua untuk memberikan susu untuk pertumbuhan anak menyebabkan stunting terjadi di Indonesia.

Angka 7 juta bukan angka yang kecil. Hanya saja, Indonesia patut berbangga karena setiap tahun angka balita stunting terus menurun. Pada tahun 2013, angka stunting mencapai 9 juta. Tahun ini, angkanya menurun tajam, yaitu 7 juta.

Meskipun demikian, bukan hal yang mudah untuk terus menjaga trend penurunan ini. Bahkan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia memberikan perhatikan penuh untuk masalah yang satu ini. Ini pertanda betapa stunting menjadi masalah yang serius. 

Anak Pendek Belum Tentu Stunting

Jika Bunda ditanya apa tanda anak mengalami stunting? Jika jawabannya adalah tubuh anak yang pendek, itu jawaban yang kurang tepat.

Stunting tidak hanya ditandia dengan tinggi badan anak yang pendek. Karena bisa saja anak lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya lantaran orang tuanya tidak terlalu tinggi. Jadi, bisa dikatakan tubuh anak yang pendek disebabkan karena faktor genetika.

Maka dari itu, para ahli kesehatan menjelaskan beberapa indikator bahwa anak mengalami stunting selain tubuh anak yang pendek. Ada dua indikasi lagi yang akan meyakinkan Bunda apakah anak stunting atau tidak.

Yang pertama adalah berat badan. Jika berat badan balita cenderung turun, ini membuat Anda semakin yakin bahwa besar kemungkinan anak mengalami stunting. 

Yang kedua adalah kemampuan kognitif. Paling mudah untuk dilakukan deteksi ketika anak sudah masuk sekolah. Bunda bisa tanya kepada guru di sekolah bagaimana kemampuan kognitif anak Bunda dibandingkan dengan teman-temannya di kelas.

Jadi, setidaknya ada tiga indikator. Yang pertama adalah tubuh anak pendek. Yang kedua berat badan menurun. Yang ketiga, kemampuan kognitif di bawah rata-rata.

Jika itu yang terjadi, memberikan susu pertumbuhan balita bisa menjadi pertolongan pertama. Akan tetapi, sebaiknya Bunda juga melakukan hal yang lain.

Perlukah menghubungi dokter anak? Sangat perlu. Akan tetapi, coba dulu untuk menerapkan tips untuk mengatasi stunting.

Cara Mengatasi Anak yang Terdeteksi Stunting 

Apakah anak yang sudah terdeteksi mengalami stunting bisa disembuhkan? Jawabannya bisa. Hanya saja, berbeda antara anak yang usianya di bawha 2 tahun dengan yang usianya di atas 2 tahun.

Menurut dokter anak, anak yang usianya di bawah 2 tahun lebih mudah untuk dilakukan penanganan. Sementara itu, anak usia 2 tahun yang mengalami stunting itu sulit untuk disembuhkan.

Sekalipun sulit, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Yang jelas, penanganan khusus seperti berikut ini harus dilakukan:

  1. Memperbaiki Asupan Nutrisi

Anak stunting itu bukan hanya anak yang makan menu makanan yang kurang bergizi. Bisa saja anak tersebut hanya mengkonsumsi menu makanan yang sama setiap hari. Karena nutrisi yang didapatkan kurang variatif, terjadilah stunting.

Bunda harus tahu anak butuh nutrisi yang bervariasi. Bukan hanya vitamin melainkan juga kalsium, protein, mineral, zat besi, dan lain sebagainya juga harus dipenuhi. Karena alasan inilah mengapa dokter anak sangat menyarankan agar anak balita minum susu pertumbuhan anak setiap hari. Setidaknya dengan 3 gelas susu setiap hari, kebutuhan semua nutrisi harian anak terpenuhi.

Namun, perbaikan nutrisi anak tidak cukup dengan hanya memberikan susu. Bunda juga harus berikan menu makanan yang berbeda untuk sang buah hati. Dalam hal ini dokter sangat menyarankan untuk membuat menu makanan yang kandungan protein dan kalsium tinggi. Protein membuat berat badan anak meningkat. Sementara itu, kalsium akan membuat struktur tulang lebih sempurna. Pertumbuhan tulang pun lebih optimal. 

  1. Tidur yang Cukup

Tahukah Bunda bahwa tidur anak itu mempengaruhi pertumbuhan anak? Banyak orang tua yang tidak menyadari mengenai hal ini. Mereka hanya tahu bahwa perkembangan anak akan bagus jika sudah mendapatkan nutrisi dalam jumlah yang cukup. Faktanya tidak hanya itu.

Percuma saja jika anak mendapatkan nutrisi yang banyak namun tidak terserap dengan baik oleh tubuh. Salah satu faktor yang membuat nutrisi terserap dengan baik adalah pola tidur yang tepat.

Kenapa demikian? Karena pada saat anak tidur, tubuh berkembang lebih optimal. Makanya, beda sekali pertumbuhan anak yang tidur cukup dengan anak yang kurang tidur.

Bisa dikatakan waktu tidur adalah waktu di mana nutrisi diserap dengan baik oleh tubuh. Jadi, usahakan agar anak tidur cukup ya Bunda.

Tidak ada yang menginginkan anak tumbuh kurang optimal. Apalagi stunting. Bunda sebagai orang tua harus mewaspadai hal tersebut. 

Terutama bagi orang tua yang baru memiliki anak pertama. Jangan sampai Bunda dicap menjadi orang tua yang kurang perhatian kepada anak lantaran membuat anak kurang gizi dan mengalami stunting.

Perkaya wawasan mengenai parenting terutama tentang bagaimana mengoptimalkan tumbuh kembang balita. Berikan menu makanan yang bergizi tinggi setiap hari. 

Usahakan menu makanan bervariasi. Sempurnakan kelengkapan gizi anak dengan memberinya susu pertumbuhan anak yang terbaik. Dengan melakukan hal tersebut, Bunda tidak perlu lagi khawatir adanya potensi anak mengalami stunting karena Bunda sudah melakukan antisipasi dengan cara yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun