Mohon tunggu...
haniza pitaloka
haniza pitaloka Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hak Asasi Manusia dalam Nilai Islam

22 Juni 2021   08:03 Diperbarui: 22 Juni 2021   08:13 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang Jadzmah belum biasa mengucapkan "aslamna" (kami telah masuk Islam), lalu mereka menjadikan ungkapan "shaba'na, shaba'na" sebagaigantinya. (Mendengar ungkapan tersebut) Khlid membunuh sebagian mereka, menawan, danmembagikan tawanan kepada masing-masing pasukan Islam. Berselang sehari, Khlid memerintahkan. 

Pasukan Islam membunuh tawanan mereka masing-masing. Maka saya (ayah Slim) berkata: "Demi Allah, saya tidak akan membunuh tawanan saya dan sahabat-sahabat saya juga tidakakan membunuh tawanan mereka." Sampai kami menemui Nabi SAW. dan menyampaikanperistiwa tersebut. Lalu Nabi SAW. mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, "Ya Allah,aku berlepas tangan kepada-Mu atas apa yang diperbuat Khlid." Ungkapan tersebut diulangiNabi SAW. sampai dua kali." (HR. al-Bukhr, al-Nas`, Ahmad, dan IbnHibbn).

 

Kasus Sawad bin Ghaziyyah

Ketika perang Badar, Rasulullah meluruskan barisan para sahabatnya, sementara tangan Rasulullahmemegang tombak yang memberi isyarat lurus kepada mereka. Ketika melewati Sawadbin Ghaziyyah yang agak menonjol ke luar barisan, Rasulullah menusukkan tombak yangada di tangannya (tanpa melukai) ke perut Sawad seraya memberi perintah: "Luruskan barisanmu, hai Sawad." 

Sawad menjawab: "Wahai Rasulullah, engkau telah menyakitiku,padahal engkau diutus dengan membawa kebenaran dan keadilan. Aku mesti menuntutqishsh kepadamu." Rasulullah lalu membuka pakaian sehingga terlihat perutnya, dan bersabda: "Silakan, balaslah aku!" Melihat hal itu, Sawad lalu memeluk dan mencium perut Rasulullah SAW. 

Kasus Sawad di atas dapat saja dipandang tidak terlalu berarti mengingat unsur material (al-rukn al-md) yang hanya berupa kasus pemukulan. Namun, pada kasus tersebut terdapat beberapa unsur yang memenuhi kriteria tindak pelanggaran hak asasi manusia di samping mengandung beberapa pelajaran berharga yang penting bagi penghormatan dan penegakan hak asasi manusia.

Masih banyak kasus lain tentang pelanggaran hak asasi manusia pernah terjadi dan diselesaikan oleh Nabi SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun