Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memulai Penanganan Sampah Sirkuler dari Rumah

5 Februari 2024   20:16 Diperbarui: 6 Februari 2024   07:29 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : olahan pribadi @hani_rai with Canva

Do It Yourself (DIY) Sabun 

Selesai ? Tidak. Udara kering dan panas el Nino memberi masalah baru buat kami : kulit kering dan sensitif. Dari dokter kulit, ada oleh-oleh sabun, shampo, dan lotion khusus yang tidak dijual di supermarket.

Pertanyaannya, apa komposisi sabun, sampo, lotion pabrikan yang membuat kulit jadi sensitif ? Apakah residu produk ini ramah lingkungan? Apakah kami akan selalu bergantung pada sabun resep dokter ? Setelah browsing sana sini, sampailah saya pada satu tekad : membuat sabun sendiri !

Sebelumnya, saya sering membuat eco enzyme (EE). Eco enzyme adalah proses fermentasi anaerob bahan organik (saya : kulit buah) selama 3 bulan yang menghasilkan larutan enzim ramah lingkungan. Proporsinya 3 (bahan organik) : 1 (gula) : 10 (air). Fyi, EE bermanfaat sebagai disinfektan, campuran sabun lantai, obat luka, penjernih udara dan air, penghilang bau, dll. Karena manfaat itulah eco enzyme menjadi bahan dasar sebagian besar produk Do It Yourself (DIY) kami.

Projek dimulai ! Dengan menambahkan lerak (soap nut) pada proses fermentasi, jadilah sabun cuci EE lerak. Saya lakukan fermentasi ke 2 (F2) aromatik dengan menambahkan daun jeruk, rosemary, nilam, sereh. Hasilnya : EE wangi ! Sayangnya proses pembuatan EE tidak sebentar dan tidak semua jenis kain menghasilkan aroma after taste yang nyaman.

Maka bertemulah saya dengan soda, asam sitrat, dan sabun minyak kelapa. Tiga bahan ini jadi deterjen andalan. Sabun batangan minyak kelapa (coconut soap) cukup mudah dibuat. Hasil cucian : bersih, aroma netral, dan ramah lingkungan. Projek berlanjut dengan membuat sabun mandi cair & batang serta sabun cuci piring. Walhasil saya hanya belanja pewangi pakaian pabrikan untuk menghindari aroma apek di musim hujan.

Sumber : dok pribadi @hani_rai
Sumber : dok pribadi @hani_rai

Tak lagi belanja sabun, kini saya punya teman baru : minyak kelapa, zaitun, minyak bunga matahari, dan essensial oil. Ada juga gliserin, baking soda, soda api, soda ash, asam sitrat, KOH, dan MESS. Tergantung resep, bisa tambahkan madu, santan, aloe vera, atau garam yang selalu tersedia.

Saya jadi paham mengapa sabun homemade lebih mahal daripada sabun pabrikan. Karena bahan bakunya berkualitas dan prosesnya butuh usaha. Ternyata membuat produk Do it Yourself  (DIY) itu membuat bahagia. Saya tahu komponen di dalamnya sehingga ramah di badan dan ramah lingkungan. Sampah kemasan sabun pabrikan pun berkurang.

Tangggung Jawab Perusahaan dan Pemerintah

Selain upaya sadar dari rumah, saya kira pemerintah harus menegakkan UU no 18 tahun 2008 yang mengatur persampahan. Di pasal 15 tertera : Perusahaan wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun