Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mari jo ka Likupang : Experiencing Bio Diversity dalam Pariwisata Berkelanjutan

22 Februari 2022   13:15 Diperbarui: 22 Februari 2022   13:16 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuda laut pygmy di Sahaung, Bangka, Minahasa (sumber : kanal youtube TLC Southeast Asia)

Ingin menjejak merasakan aroma rempah, wisatawan bisa mengunjungi perkebunan pala di Kauditan, Minahasa Utara dan cengkeh di Sonder, Minahasa. Dulu, komoditas ini jadi rebutan Eropa hingga terjadi ekspedisi pelayaran. Dengan melihat langsung bagaimana pala dan cengkeh  dirawat dan dipanen, wisatawan bisa lebih menghargai rempah nusantara. Tambah asik, jika turis bisa adopsi menanam pohon di sini.

Bagi wisatawan pemerhati energi, Likupang sudah berjalan di depan dalam pengembangan energi terbarukan. Enam puluh empat ribu panel surya yang terhampar di 29 hektar lahan Wineru, Likupang Timur  telah menopang kelistrikan jaringan PLN Sulawesi Utara dan Gorontalo sejak 2019. Bahkan PLTS Likupang jadi pembangkit listrik tenaga surya terbesar nusantara. Waw !

PLTS Likupang (sumber : kementrian ESDM)
PLTS Likupang (sumber : kementrian ESDM)
So, DSP Likupang sudah memiliki destinasi wisata bertema pembangunan berkelanjutan, mulai dari energi hingga konservasi bio diversity.  Jika bisa dikelola dan dijaga kelestariannya, Likupang  akan selalu menjadi surga kini dan nanti. Yang begini ini cuma diIndonesiaAja ! How WonderfulIndonesia!

Tentang sampah

Karena bumi dipredikasi akan makin sesak oleh sampah, dan sampah bermuara ke laut, maka ada potensi degradasi lingkungan. Masalah sampah kerap menjadi celah malangnya pariwisata. Repotnya, budaya nyampah masih jamak ditemui di mana-mana. Masih banyak lho, (penumpang) mobil mahal yang membuang bungkus makanan di jalan. Artinya, nyampah masih jadi budaya. Nah, bahaya kan ? Tentu kita tidak ingin ada sampah plastik teronggok di pantai yang elok. Nggak mau dong, terumbu karang berkalang  kresek. Maka untuk menopang pariwisata berkelanjutan, harus ada manajemen pengelolaan sampah.

Saya kira pemerintah daerah perlu membuat regulasi dan pembinaan untuk penanganan sampah. Sebisa mungkin, pengelolaan sampah organik dan an organik musti dilakukan, dari keluarga, komunitas, desa wisata, pokdarwis, melibatkan sekolah, lembaga agama, dan swasta. Dengan regulasi pemerintah, maka bank sampah, pelatihan proses recycle sederhana, hingga penjualan produk recycle  bisa dimulai dari komunitas.

Sepucuk memori Likupang

Salah satu hal penting yang ingin dibawa sebagai kenang-kenangan kala berwisata adalah suvenir. Sebagai usulan, untuk mengembangkan souvenir yang unik dan Likupang banget, bisa dibuat  souvenir ber tema biodiversity dan bermuatan pesan kelestarian.

Contohnya adalah boneka hewan endemik, kaos, topi, tas, gantungan kunci, hingga magnet kulkas dengan desain fauna endemik Wallacea yang unik dan lucu. Tak ketinggalan adalah sapu tangan ataupun scarf printing yang kekinian. Barang-barang ini cukup handy, cantik, tidak memakan tempat, dan bisa digunakan siapa saja.

Tarsius, primata nokturnal endemik (sumber : theworldtravelguy.com)
Tarsius, primata nokturnal endemik (sumber : theworldtravelguy.com)
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun