Mungkin aneh dan sedikit melawan arus. Tapi di 2022 ini saya ingin berat badan saya naik ! Nggak enak dibilang underweight dan Hb di bawah standar sehingga nggak lolos screening donor darah !
Sebetulnya beberapa tahun yang lalu berat badan saya mendekati ideal, tapi karena ingin mengatur pola makan, berat saya jadi turun dan susah naikinnya. Â Ya, badan kurus itu kalau kata Pak Dokter juga ada kaitannya dengan imbalance hormon. Jadi agar hormonnya seimbang, salah satu caranya selain dengan olah raga ya dengan menaikkan berat badan.
Bagi saya, ada beberapa alasan untuk menjaga hidup sehat.
Pertama, hidup sehat itu soal merubah mind set dan menata kebiasaan. Kalau kita bisa menata mind set untuk hidup sehat dan turunan di belakangnya, maka fokus pada tujuan itu bisa memudahkan berjalannya proses.
Kedua, menjaga hidup sehat itu kebutuhan dan tanggungjawab sebagai manusia. Hidup dengan riwayat keluarga  diabet  dan kanker membuat saya was-was. Konon penyakit itu ada faktor bakat keturunan, selain memang karena gaya hidup. Yeah.. Â
Jadi ini niatan saya di tahun 2022. Bismillah semoga bisa terlaksana :
Pertama, menaikkan berat badan dengan cara yang sehat
Gimana caranya ? Makan makanan sehat sealami mungkin, bumbu dan bahan alami, hindari micin dan produk berpengawet. Mengapa ? Karena demikian pesan dokter yang menangani kesehatan orang penting dalam hidup saya.Â
Aneka rupa saos kemasan, sambal, kecap botolan sudah mulai hilang dari piring. Gantinya adalah kecap tanpa pengawet (yang berjamur kalau tidak masuk kulkas setelah dibuka segelnya), sambal dari cabe asli, perasa dari bahan asli (misal jamur, ayam kampung) atau bumbu non msg terpercaya dengan ingredients yang jelas.
Picky eater ya ? Iya, dan saya sadar, kadang ini senjata makan tuan.Â
Apa efeknya kalau makan makanan yang banyak micinnya ? Biasanya bibir saya akan bereaksi , agak menebal gitu, sakit perut, atau sakit kepala. Kalau sudah begini, biasanya saya jadi kapok dan berjanji untuk tidak mengulanginya (kalau tidak lupa dan kepepet).
Lalu gimana kalau kondisi darurat ? Adanya cuma makanan itu, atau lagi ada acara. Kalau tidak bisa memilih, ya saya makan saja. Kalau bisa memilih, saya ambil makanan  yang bersayur dan protein. Setelahnya saya bakar kalori dengan yoga asana dan minum wedang rimpang rempah. Gembrobyos, enak.
Ini sungguhan lho. Tangan saya sering berwarna kuning karena kupas dan potong kunyit. Â Bahkan saya putuskan untuk memilih menanam rimpang dan tanaman obat keluarga daripada nanam varigata. Saya merasa perlu menyediakan apotek hidup di rumah.
Lalu bagaimana kalau lagi malas kupas kunyit, jahe, atau potong sereh,  atau saat badan kurang sehat, atau lagi travelling ? Nah, kita perlu versi instannya. Misalnya : Saripati LAER, tinggal seduh saja di gelas dan siap diminum panas-panas.  Bikin berkeringat  dan segar lagi !
Kedua, menemukan sumber raw material bagus, lokal, dan murahÂ
Ini penting banget. Mengapa ?
Kakak saya hobi baking kue gluten free, weih bahannya gak main-main bok. Tepung sorgum, gula aren, minyak kelapa, raw cacao, keju dan butter premium. Â Organik, rendah indeks glikemik, dan murni. Bahan-bahan berkualitas itu sebanding dengan effort dan harganya.Â
Kakak juga sering bikin saos tomat asli untuk lasagna. Ternyata membuat bumbu masakan yang mengandalkan citarasa asli ini butuh raw material yang banyak dan berkualitas. Proses pembuatannya pun njelimet dan lama. Bayangkan jika harga tomat melonjak 25k/kg. Berapa biayanya untuk bikin saos tomat segar sepanci ?
Saya sendiri menjadikan memasak sebagai kebutuhan bertahan hidup (sehat). Efek tinggal di pelosok beberapa tahun mengenalkan saya pada intensitas penggunaan rempah untuk bumbu masakan. Katakanlah rica-rica (ayam kampung), palekko (bebek), cotto (daging-skip jerohan). Â Â
Di sisi lain, semakin segar bahan baku, semakin simpel cara masak, bisa jadi semakin sehat. Misalnya  ikan woku belanga, tumis tempe daun so, atau olahan jamur. Untuk memuaskan hasrat makan sayur, ada bubur manado, bubur pedas pontianak, kapurung, pecel, urap, atau bibimbap versi lokal. Â
Lalu bahan dan bumbu lokal apa lagi yang bisa dieksplorasi untuk menghasilkan cita rasa sesuai lidah dengan tetap mengedepankan kesehatan ? Nah, ini.. butuh eksperimen dan eksplorasi lagi.
Ketiga, mempraktekkan resep makanan dan minuman homemade yang saya rangkum di buku setahun belakanganÂ
Menyadari masakan homemade dengan bahan dan bumbu yang tidak membuat sakit kepala membuat saya bertekad untuk praktek. Tapi apa daya, praktek memasak itu membutuhkan waktu dan dapur yang berantakan. Dan karena kurang jam terbang, maka hasilnya belum tentu sesuai yang diharapkan.wkwkwk... Â So, ini tantangan saya untuk meneguhkan hati dan membulatkan langkah konsisten untuk membuat kaldu, kimchi, sambal, es krim, memperbanyak yogurt sendiri, dan menemukan resep baru. Â
Keempat, olahraga dan berjemurÂ
Terkadang aktivitas indoor membuat jam efektif berjemur terlewatkan. Saya mengakalinya dengan merawat tanaman di sepetak tanah dan balkon rumah. Demikian juga olahraga. Tahun 2021 lalu, baru 2 kali saya ikut yoga offline, karena semuanya online. Memang tidak ideal karena tidak ada instruktur yang mengawasi dan membetulkan gerakan yang perlu adjusment, apalagi saya masih pemula.
Mengapa yoga ? Karena yoga itu mengaktifkan seluruh sistem tubuh dengan terarah. Inilah salah satu home remedy saya kalau migren, sakit perut, atau salah posisi. Demikian pula untuk membentengi diri dari KIPI paska imunisasi. Bagi saya, melakukan yoga asana dan minum wedang rempah yang panas (tentu saja) adalah paduan yang tepat.
Kelima, menjaga pola pikir tetap positif apapun badai yang menerpa
‘Manusia kuat’, kata Tulus. Hidup itu perjuangan, dan itu benar. Banyak faktor eksternal yang menggoda : pandemi, pekerjaan, omongan orang, perbedaan sudut pandang, dll  yang kadang memicu emosi.  Usahakan segera switch, kembali ke rel yang lurus, dan lakukan kebaikan dan kebenaran yang bisa kita usahakan.  Selain itu juga cari teman dan partner yang sefrekuensi yang bisa mendukung satu sama lain. Dengan komunitas yang tepat, insyaAllah akan lebih mudah menjalani hidup.
Itulah resolusi sehat saya di 2022. Semoga bisa konsisten dan amanah meski sering kali ada kejutan-kejutan tak terduga. Â Bagaimana dengan anda ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H