Mohon tunggu...
Hanindyo Benayekti
Hanindyo Benayekti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

Saya sangat tertarik dengan dunia event dan senang berinteraksi dengan orang lain. Saya juga memiliki ketertarikan yang tinggi dalam mencoba dan memulai sesuatu hal yang baru. Saya pun selalu turut serta ambil bagian dalam berbagai kegiatan karena disitulah saya bisa belajar banyak hal yang sebelumnya tidak saya tahu dan saya berharap bisa berproses didalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Music

Menjaga Regenerasi Antar Musisi Melalui Festival Musik di Indonesia

21 Desember 2022   15:34 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:41 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Jika berbicara tentang musik, mungkin bukanlah merupakan hal yang asing di indonesia. Musik seakan -- akan  sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat di Indonesia. Dengan berbagai macam aliran, masyarakat bisa menentukan musisi mana yang ingin mereka dengar. Namun, sebelum era digital masyarakat maupun musisi itu sendiri sangat terbatas untuk mendengarkan lagu dan memamerkan karyanya. 

Dengan berkembangnya era digital seperti sekarang, masyarakat dan musisi itu bisa mendengarkan dan mempublikasi karyanya melalui platform -- platform digital. Dengan munculnya platform tersebut banyak musisi yang terbantu untuk memamerkan karyanya secara online. Tidak hanya itu, pandemi covid juga memutus tali industri pertunjukan musik di indonesia dan "membunuh" secara perlahan industri musik itu sendiri. Mulai dari promotor maupun musisi sangat terdampak. Di satu sisi, hal tersebut membuat masyarakat haus akan konser -- konser maupun festival untuk mendengarkan dan menyaksikan secara langsung musisi idolanya. 

Pasca pandemi, industri musik perlahan -- lahan mulai bangkit dari hiatusnya selama dua tahun terakhir. Diperbolehkannya acara musik di cafe, gigs sampai ke skala besar seperti festival sudah banyak digelar di indonesia yang terpusat di Jabodetabek. Tidak sedikit bermunculan musisi new comer yang ingin ikut meramaikan industri musik tanah air. Tentunya ini merupakan kabar gembira dan baik bagi para penggerak industri musik. Sekaligus menjadi tantangan baru di era digital dan pasca pandemi untuk para penggerak dibidang industri musik seperti promotor, event organization, tim produksi dan lain -- lain. Tidak hanya tantangan untuk penyelenggaraan acara saja, namun sebagai tantangan dalam menjaga euforia dan antusias penonton yang hadir dalam sebuah acara. 

"Euforia ini sesuatu yang bagus dan harus diteruskan, jangan sampai setelah take-off kemudian menurun lagi. Oleh karena itu, kita semua harus bahu-membahu untuk meneruskan ini agar bisa membangkitkan kembali ekonomi. Kemudian, kita juga bisa saling berbagi data untuk mendukung satu sama lain dalam industri ini," ujar Bagus dalam acara Breakfast with Resso' (BwR). Festival sendiri merupakan acara yang menghadirkan orang banyak dengan jumlah penampil diatas dua puluh musisi dari seluruh penjuru tanah air. 

Terbukti dalam beberapa tahun terakhir antusias masyarakat dalam menghadiri festival musik sangat banyak. Animo yang tinggi sejalan dengan bagaimana kreativitas para promotor dalam mengemas dan merancang festival itu sendiri. Ada yang berfokus pada satu genre saja seperti hammersonic fest, ada pula yang berfokus pada musisi lokal lintas generasi dan lintas genre seperti synchronize fest. Semuanya dilakukan demi menyuguhkan penonton dengan experience yang berbeda dalam setiap pagelaran festival musik. 

Visi misi synchronize dari awal memang ingin turut serta dalam memajukan industri musik tanah air, khususnya ingin menjadi wadah dalam regenerasi antar musisi tanah air. Misi synchro dalam hal tersebut berhasil, dibuktikan bahwa mereka berhasil mematahkan asumsi publik tentang festival musik yang seru dan meriah itu harus mendatangkan musisi internasional. "Justru musisi Indonesia itu keren. Spirit itu yang kami bawa terus menerus. Paskapandemi kami makin aware dengan itu," ujar Dila kepada Hypeabis.id. Selain segmen musik, mereka berhasil membawa budaya lokal seperti budaya betawi. Pemilihan budaya betawi karena        lokasi penyelenggaraan festival tersebut setiap tahunnya berpusat di Jakarta. Tidak hanya synchronize fest, semangat perjuangan dalam menjaga regenerasi antar musisi juga di implementasikan dalam festival bertajuk PestaPora. 

Festival PestaPora juga merupakan festival yang baru untuk industri musik tanah air.

Meskipun tahun 2022 merupakan tahun pertama perhelatan, tapi antusias dan animo acara berlangsung sangat meriah dengan berhasil menjual lebih dari 28.000 tiket. Kiki Aulia Ucup sebagai Program Director/Inisiator beberapa festival antara lain Pesta Pora.

Ia menyebut, setelah dua setengah tahun vakum akibat pandemi, masyarakat sangat antusias untuk kembali menghadiri festival musik. "Tahun ini, orang-orang masih seperti 'buka puasa' dan antusias sekali mengikuti banyak festival. Tahun depan, mungkin kita harus mempertimbangkan untuk mengkurasi atau menyortir festival, termasuk mengatur jarak antar festival sehingga bisa diadakan sepanjang tahun. Dengan begitu, kita bisa memanfaatkan iklim

Indonesia yang relatif stabil untuk menyajikan musik kepada penggemar sepanjang tahun," katanya. Festival musik bukan hanya berkumpulnya band-band besar semata akan tetapi new comer ikut serta di dalamnya karna festival musik yang terpenting adalah harus bisa menjadi wadah dan memberikan ruang untuk musisi pendatang baru di indonesia agar mereka mendapatkan kesempatan sekaligus exposure didalam sebuah festival. Disisi lain peran sosial media sangat penting untuk memberikan informasi dan mendapatkan perhatian yang cukup. Perhatian dan atensi dari pengguna sosial media sangat penting untuk grup musik new comer. 

Dalam hal ini pemerintah bersama APMI harus ikut turut berperan aktif dalam memajukan dan mengembangkan sektor industri musik tanah air. APMI sendiri merupakan sebuah asosiasi yang mewadahi seluruh promotor musik di Indonesia. Pemerintah tidak hanya sekedar memfasilitasi perihal perizinan namun pemerintah harus bisa berkolaborasi dengan promotor penyelenggara. Namun terkadang pemerintah memanfaatkan industri musik hanya untuk kepentingan politik semata. 

Musik tidak lebih dari sekadar fanatisme, selalu mengagungkan jargon akademis demi kepentingan kelompok tertentu. Bahkan muncul pula gerakan-gerakan sepihak     yang mengatasnamakan musik demi kepentingan golongan, bahkan pribadi. Musik menjadi sesuatu yang tidak lagi naluriah, namun politis-rentan konflik antar pelakunya. Musik menjadi alat, lalu tender alat musik dengan distributor besar, kampanye, lalu korupsi, tenggelam di bui. Terlepas dari itu semua, musik telah membuat setiap orang pada masa kini benar-benar "merdeka" menentukan apa yang diinginkan, menyebarkan kemana saja yang diinginkan, menjual semurah-murahnya, bahkan membagi segratisgratisnya. (Setiawan, 2016, p. 120). 

Hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan oleh para pemangku industri musik tanah air. Mereka beranggapan bahwa didalam suatu penyelenggaraan festival dapat memutar roda perekonomian seperti sponsor, agen artis, musisi, vendor musik, pekerja lepas dan para tenant yang berjualan selama festival berlangsung. Pemerintah sudah harus mulai "melek" jika industri musik ini bagi beberapa orang sudah menjadi sumber pekerjaan mereka. Hal itulah yang mendorong generasi millenial memilih industri musik yang menjadi tujuan mereka dalam berkarir. Industri musik tanah air seharusnya sudah bisa menjadi sektor baru bagi pariwisata dan ekonimi kreatif. Indonesia yang notabennya memiliki budaya dan kesenian yang melimpah sudah sepatutnya mendapatkan apresisasi penuh dari pemerintah. Pemerintah bisa mengajukan kolaborasi atau menerima kolaborasi dari pihak penyelenggara sebagai wujud apresiasi terhadap industri musik di Indonesia. 

Maka dari itu semua, untuk para pemangku industri musik beserta media dan pemerintah sudah mulai harus membuka dan menghidupkan kembali peluang bagi musisi khususnya musisi new comer untuk bisa unjuk gigi dalam memamerkan karyanya dalam sebuah pagelaran konser atau festival. Mereka pun akan sangat senang jika bisa ikut terlibat dalam hebatnya perhelatan sebuah pertunjukkan. Dari festival itu, mereka pasti akan mendapat exposure dari ribuan penonton yang datang. Tidak hanya musisi musisi besar saja yang bisa main di acara festival, namun musisi pendatang baru pun harus mendapat spotlight dan kesempatan yang sama. Karena sejatinya festival itu milik semua orang dan semua orang berhak menikmatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun