Mohon tunggu...
Hanina Anastasia
Hanina Anastasia Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bukan Sumbu Pendek

11 Juni 2022   12:28 Diperbarui: 11 Juni 2022   12:30 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia politik seperti kita tahu kental dengan intrik. Ada yang menjilat, ada yang memfitnah atau membunuh karakter musuhnya demi menggapai kuasa yang ia idam-idamkan.

Namun ternyata tak semua membalas fitnah dengan kekejaman serupa. Ada yang tetap tenang, dan menghadapi semua serangan itu dengan senyuman. Si penyerang diberi ucapan terimakasih bahkan didoakan.

Salah satunya Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah ini sedang dalam pusaran intrik dan fitnah yang kejam. Hampir semua tokoh oposisi menyerang Ganjar. Sebut saja Rocky Gerung, Said Didu, Rizal Ramli, Natalius Pigai. Ganjar dianggap lawan politik yang harus dihancurkan.

Yang mengagetkan. Serangan juga datang membabi buta dari teman dan saudara separtainya sendiri. Ganjar dituding mbabelo. Dianggap tidak manut, difitnah sebagai pemberontak. Disebarkan fitnah bahwa Ganjar adalah gubernur yang tidak becus kerja dan semua keberhasilannya hanyalah pencitraan belaka. Ia juga disingkirkan dari partainya sendiri. Tidak diundang di HUT PDIP. Namanya juga dicoret dari daftar nama peserta halal bihalal.

Fitnah dan pembunuhan karakter ini tentu memprihatinkan. Ganjar itu orang yang nggak pernah bermusuhan dengan siapapun. Satu-satunya kesalahan hanya karena ia selalu menempati rangking tertinggi di semua lembaga survei kredibel. Lebih utama lagi. Karena suaranya di survei jauh lebih tinggi daripada Sang Puteri Mahkota partainya.

Lalu tanggapan Ganjar apa terhadap semua serangan itu? Ini yang menarik. Dari tanggapan dan komentarnya inilah kita jadi bisa tahu siapa sesungguhnya Ganjar.  

Ganjar hampir tidak pernah membalas serangan itu dengan jawaban yang frontal. Ganjar tidak membalas makian dengan hujatan. Ia tidak membalas fitnah dengan lesatan panah.

Ia tetap tenang. Membalas semua serangan itu dengan senyuman.

Ketika Rocky menyebutnya sebagai orang bodoh. Ganjar mengatakan, "Rocky adalah kritikus terbaik yang pernah saya ikuti. Kritis dan analitis."

Natalius Pigai yang menyerang dengan ujaran rasis juga malah didoakan. "Semoga Bang Pigai selalu sehat dan senantiasa kritis."

Hal yang sama Ganjar lakukan ketika diserang saudara separtai. Bambang Pacul menyerang Ganjar sebagai kader yang kemajon dan tidak tahu terimakasih. Bahkan para pendukung Ganjar disebut sebagai celeng.

Puan Maharani mencibirnya sebagai pemimpin yang hanya bisa main medsos dan modal ganteng doang.

Junimart Girsang bahkan sampai mendorong warga melaporkan Ganjar ke polisi.

Terbaru Trimedya Panjaitan menyerang Ganjar sebagai gubernur kemlinthi dan ambisius nyapres.

Lagi-lagi jawaban Ganjar sangat sejuk yang justru menunjukkan kelasnya sebagai Negarawan.

Ganjar justru berterimakasih kepada Pacul dan Puan yang sudah berbuat banyak menjadikannya sebagai gubernur. Ganjar juga memberi selamat dan mendoakan ketika Pacul dilantik menjadi Ketua Komisi III DPR RI.

Kepada Trimedya, Ganjar malah menyebut itu teguran dari seorang sahabat. "Dia sahabat saya kok, kritiknya menurut saya bagian dari cara dia mengingatkan seorang kawan, menjadi koreksi kita untuk kita perbaiki," katanya.

Mencermati sikap Ganjar, saya jadi teringat pada sebuah riwayat dari sahabat utama Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash Shiddiq. Suatu ketika, putri Abu Bakar, Aisyah yang juga istri Nabi, difitnah selingkuh dengan salah satu prajurit. Hingga akhirnya Allah SWT menunjukkan kebenaran.

Aisyah terbukti tidak bersalah. Namun fitnah itu membuat Abu Bakar marah luar biasa kepada Mishtah, si penyebar fitnah. Abubakar uyang selama ini selalu membantu ekonomi keluarga Mishtah berniat menghentikan seluruh bantuannya.

Kemarahan Abu Bakar dijawab Allah SWT dengan menurunkan Surat An Nur ayat 22.

Surat An Nur ayat 22

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,"

Turunnya wahyu itu meredakan kemarahan Abu Bakar. Sahabat Nabi tersebut memaafkan pemfitnah putrinya. Dia bahkan terus memberikan bantuan kepada Mishtah hingga akhir hayatnya.

Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa Allah SWT memuliakan orang yang bisa membebaskan diri dari rasa amarah dan dendam. Ketika kita difitnah, janganlah kita menyerang balik mereka atau membalas dendam. Tetaplah tenang dan memaafkan. Allah SWT sendiri yang nanti menunjukkan kebenaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun