Mohon tunggu...
Hanifati Alifa
Hanifati Alifa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Gemar menulis | mengutarakan isi hati dan pikiran mengenai isu kekinian

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tingginya Biaya Pendidikan dan UKT, Kita Bisa Apa?

11 Februari 2024   21:33 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:41 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2009-2010 naik 20.000 per tahun

2010-2011 naik 50.000 per tahun

Saya pada saat itu tergolong mahasiswa angkatan 2011, yakni masa dimana kampus saya membuka berbagai prodi baru. Kenyataan di lapangan, rasionya  menjadi 1 dosen : 45 mahasiswa. Disini saya memperoleh info tentang honor dosen FIB yang 1 sks satuannya digaji Rp 35.000 (kala itu). Jadi, antara mahasiswa dan dosen, semua membutuhkan apa yang dinamakan kesejahteraan dan keadilan. Memang, untuk menjadi international dan atas nama "pembangunan" pasti membutuhkan modal dan uang. Dengan demikian, semua menjadi pilihan kita sebagai mahasiswa.

Membayar mahal dan mendapat kualitas pendidikan yang baik atau sudah bayar mahal tapi merasa tidak sebanding dengan kenyataan yang ada? Hal ini tergantung dan relatif kepada mahasiswa yang akan menjawabnya. Apakah jerih payah ortu sebanding dengan ilmu yang diterima...? Kebijakan UKT sendiri belum saya rasakan pada saat saya memulai kuliah di tahun 2011. Meski begitu, saya mengakui jika biaya pendidikan di perguruan tinggi memang mahal. Sistem biaya kuliah saya waktu itu menggunakan SPP golongan berdasarkan pekerjaan orang tua. Seperti halnya ada proses memasukkan data penghasilan dsb sebelum ditentukan mendapatkan golongan berapa. Saya termasuk mendapatkan golongan yang tinggi, hal ini lantaran orang tua saya (hanya Ayah yang bekerja) sebagai pegawai negeri. Saya tetap merasa bersyukur dapat membayar kuliah karena jerih payah serta niat tulus orang tua. Untuk itulah ha terbaik yang saya berikan adalah berupaya menyelesaikan perkuliahan dengan tepat waktu. 

Jika saya boleh sedikit berbagi pengalaman apa solusi jika biaya kuliah mahal. Maka kurang lebih seperti inilah solusinya berdasarkan apa yang pernah saya alami. Tidak hanya biaya kuliah yang dibayarkan di awal saja, setidaknya semasa proses belajar pun kita masih akan mengeluarkan biaya lain misalnya untuk bahan kuliah (membeli buku literatur), kegiatan penelitian, penggandaan dokumen, biaya pulsa internet hingga tugas akhir dsb. Untuk itu, jika kita bisa melakukan hal-hal di bawah ini, setidaknya akan sedikit banyak harapannya dapat memberikan keringanan. 

1. Pertama, mengajukan penurunan biaya UKT. Barangkali ada kebijakan demikian di kampus/perguruan tinggi tempat Anda kuliah. Biasanya akan dibantu oleh prodi atau diadvokasi oleh lembaga mahasiswa setempat. Atau jika perlu bisa menemui pihak dekanat, dalam hal ini bidang keuangan. Setidaknya, mahasiswa bisa mencoba upaya ini. 

2. Kedua, mengupayakan mendapatkan beasiswa. Jika uang kuliah masih tetap mahal, cara lainnya adalah mendapatkan beasiswa on going. Ini juga mendorong agar mahasiswa harus aktif mencari di informasi bidang akademik kemahasiswaan. Di jaman saya dulu ada namanya beasiswa PPA-BBM. Syaratnya seingat saya, saya hanya harus mempertahankan dan meningkatkan nilai IPK. Akan ada sejumlah uang yang bisa didapatkan melalui rekening tabungan oleh bank rekanan. Karena siapa sangka, buku tabungan dan rekening warisan 'bekas' beasiswa tersebut karena masih aktif dapat saya gunakan hingga sekarang. Untuk itu, mahasiswa bisa aktif mencari dan memperoleh beasiswa yang tentunya akan menentukan masing-masing persyaratan. Kita hanya menyesuaikan, beasiswa mana yang bisa kita raih. Dan, beasiswa tidak hanya dalam bentuk pembiayaan kuliah saja. Jika memungkinkan, mendapat beasiswa untuk tugas akhir (untuk penelitian atau publikasi) pun juga begitu berarti dan bermanfaat. 

3. Ketiga, mengikuti perlombaan. Biasanya di tingkat perguruan tinggi akan ada berbagai event perlombaan di berbagai tingkat dari regional, nasional hingga internasional. Saya kira ini solusi yang bisa menjadi pilihan. Meski tidak semua mahasiswa bisa mencobanya karena memang membutuhkan motivasi tersendiri. Serta, mengikuti lomba disini tidak saja benefit secara prestasi, namun juga secara materi. Biasanya ada kampus yang memberikan semacam reward atau imbalan atas hasil prestasi / kejuaraan mahasiswa. Ini tentu bisa menjadi motivasi tersendiri bagi mahasiswa. Selain mendapatkan hadiah dari panitia lomba, kampus juga memberikan apresiasi. Jika mahasiswa berada di lingkungan kampus seperti ini, maka ada baiknya untuk dimanfaatkan. Hasil uang tersebut bisa kita gunakan untuk keperluan kuliah. 

4. Keempat, kerja sampingan atau mengambil part time. Solusi ini pun saya kira bisa menjadi pilihan, meski lagi-lagi juga harus menyesuaikan kondisi masing-masing mahasiswa. Kerja juga membutuhkan motivasi tersendiri. Hal ini lantaran bekerja juga memerlukan waktu sedangkan status mahasiswa juga masih harus menunaikan kewajiban. Tetapi jika kegiatan kerja sampingan ini berada di ranah akademik seperti menjadi asisten dosen baik di bidang pengajaran atau penelitian-pengabdian mereka, hal ini akan sangat bermanfaat. 

Dengan demikian, tingginya biaya pendidikan dan UKT, apa yang bisa kita lakukan? Hal-hal di atas barangkali menjadi masukan, saran dari saya berdasarkan pengalaman masa kuliah yang pernah saya alami. Jika para pembaca sedang pada posisi apakah saya perlu kuliah atau tidak lantaran ragu-ragu melihat dan membayangkan biaya yang tinggi, ada baiknya melakukan renungan serta perencanaan terlebih dahulu. Apa motivasi kita kuliah, apa urgensi dan keperluannya. Apakah kita memerlukan gelar dan kompetensi tertentu dengan proses belajar di perguruan tinggi? Mengapa demikian, karena di hari ini, semenjak lahir Merdeka Belajar, kita bisa lihat bahwa belajar bisa dimana, kapan saja dan oleh siapa saja. Selain itu, didukung dengan teknologi IT yang serba cepat dan lengkap seperti sekarang, memungkinkan kita untuk belajar secara daring. Sudah banyak pelatihan, lembaga, serta komunitas yang membuka kelas pelatihan ruang belajar yang bisa kita akses baik secara gratis maupun berbiaya. Baik secara daring, partisipasi kelas fisik maupun keduanya. Nah, pilihan ada di tangan Anda. 

Akhir kata, tetap semangat dan berpikir positif demi meraih pendidikan terjauh tertinggi dan terbaik versi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun